Tim perekrut tengah menghadapi tantangan rekrutmen yang semakin berat pasca pandemi COVID-19.
Saat perusahaan memutuskan untuk kembali mengoperasikan bisnisnya, mereka membutuhkan banyak kandidat. Namun, kini, merekrut level staf maupun eksekutif sama sulitnya.
Hal itu diungkapkan oleh Bagus Hendrayono, Managing Director Talent Hunts Indonesia melalui Sakura Webinar Series, Rabu (20/07/2022). Apa saja tantangan rekrutmen pasca pandemi? Simak ulasannya di bawah ini.
Tantangan Rekrutmen Pasca Pandemi COVID-19
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) pada Februari 2022 sebesar 5,83 persen atau sebanyak 8,4 juta orang.
Angka tersebut turun 0,43 persen dibandingkan dengan Februari 2021. Hal itu sejalan dengan peningkatan jumlah angkatan kerja yang naik 4,2 persen menjadi 144,01 juta orang pada periode yang sama.
Namun, apakah ada lowongan pekerjaan sebanyak 8,4 juta untuk menjembatani pengangguran?
Tidak ada, tetapi tak sedikit perusahaan memerlukan banyak kandidat saat ini. Karena mereka ingin mengembalikan operasional bisnis seperti sebelum pandemi COVID-19.
Meski demikian, bukan berarti kondisi tersebut mempermudah perusahaan dalam memperoleh karyawan baru. Perekrut justru menjumpai beragam tantangan rekrutmen pasca pandemi.
1) Remote working menjadi EVP baru
Menurut Bagus, sistem kerja remote menjadi employee value proposition (EVP) baru.
Karena banyak kandidat yang terbiasa dengan work from home (WFH). Remote working menjadi kebutuhan dalam menerima pekerjaan.
“Salah satu pertanyaan kandidat adalah ‘Pak, ini WFH, WFO, atau hybrid?’. Saat kita jawab WFO, 30 persen atau 40 persen dari mereka menolak,” ujar pria yang sudah 20 tahun berkecimpung di dunia rekrutmen.
Dengan kata lain, mereka berusaha mempertahankan sistem kerja saat ini. Ketika harus berpindah ke full WFO, mereka memerlukan dorongan sangat besar sekali untuk menerima pekerjaan.
Tim HR perlu mencatat bahwa remote working menyisakan beberapa masalah terhadap produktivitas, kreativitas, serta employee engagement.
2) Kompetisi kerja
Selama pandemi, banyak perusahaan melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) kepada karyawan. Hal itu dilakukan untuk menekan biaya operasional.
Kini, perusahaan mengejar ketertinggalan gara-gara pandemi dengan beroperasi secara normal. Jadi, mereka membutuhkan banyak karyawan baru.
Di pasar tenaga kerja, ada talent war. Perusahaan-perusahaan saling bersaing mendapatkan kandidat terbaik sekaligus berlomba dengan ekspektasi kandidat.
“Sekarang, mau merekrut staf atau manajer, dua-duanya very challenging. Sebelum pandemi, yang challenging itu merekrut level manajer ke atas.”
Di sisi lain, terdapat skill gap. Karena Indonesia terindikasi kekurangan tenaga profesional atau karyawan terampil.
Padahal tenaga tersebut sangat dibutuhkan oleh berbagai perusahaan. Misalnya, eksekutif tingkat menengah dan tingkat senior.
Maka yang terjadi adalah orang akan digaji lebih besar daripada yang seharusnya. Karena terkadang, perusahaan tidak punya pilihan, selain melakukan hal itu.
3) Kecepatan rekrutmen
User menuntut perekrut untuk memperoleh kandidat yang sesuai kriteria secara cepat. Namun, tidak mudah menemukan seseorang yang dibutuhkan keterampilan dan kompetensinya di pasar tenaga kerja di luar sana.
“Semua recruiter yang saya kenal, baik yang di korporat atau agensi, mereka sedang dikejar-kejar user. Ini terjadi di semua industri, termasuk tech company.”
4) Kekurangan SDM
Kebutuhan rekrutmen yang tinggi mengakibatkan beban kerja perekrut yang sama tingginya.
Ironisnya, sering kali perusahaan tidak bisa mengakomodasi penambahan sumber daya manusia (SDM) di tim HR. Yang terjadi adalah HR burnout dan over capacity.
“Kalau dari sisi HR, susah banget tambah headcount. Tapi kalau dari departemen lain, kok, gampang banget minta tim atau anak buah. Hampir semua HR yang saya kenal, load-nya tinggi banget.”
5) Teknologi
Bagus menjelaskan bahwa penggunaan teknologi sangat penting dalam proses rekrutmen. Karena kehadiran teknologi cukup meringankan pekerjaan karyawan dan tim HR, dari segi waktu dan tenaga.
Jika perusahaan menyediakan teknologi kepada perekrut, mereka mampu bersaing dengan perusahaan lain serta cepat memperoleh kandidat.
Namun, perusahaan harus berhati-hati menggunakan teknologi. Teknologi mahal belum tentu baik untuk memenuhi kebutuhan perusahaan.
6) Ekspektasi kandidat meningkat
Beberapa tahun ini, kandidat tidak hanya melihat jumlah gaji.
Mereka juga akan mempertimbangkan employee wellbeing dalam menerima pekerjaan. Sebut saja kebutuhan memperhatikan kesejahteraan diri dan keluarga.
Kecenderungan budaya di Indonesia, anak yang sudah bekerja akan mendukung keuangan keluarga, membantu uang sekolah adik, dan lainnya.
Contohnya, perusahaan fintech ALAMI yang memberikan allowance ke karyawan setiap bulan. Allowance tersebut di luar benefits dan bisa digunakan untuk kebutuhan orang tua, kakak, atau adik.
Bagi Bagus, allowance berdampak positif bagi perusahaan. Pasalnya, inisiatif tersebut menambah employee engagement, membangun kepercayaan, dan karyawan merasa diperhatikan oleh perusahaan.
Strategi Rekrutmen Di Era Pandemi COVID-19
Proses rekrutmen tak sekadar menemukan kandidat yang tepat dalam waktu singkat.
Tim perekrut juga perlu memiliki strategi rekrutmen. Tujuannya tak hanya menarik kandidat, juga untuk mempertahankan karyawan terbaik.
Jika Anda telah memiliki strategi rekrutmen, tetapi tidak ada kemajuan, pertimbangkan untuk meramu kembali strategi tersebut.
Menggunakan beberapa saluran rekrutmen
Perekrut perlu menggunakan beberapa saluran rekrutmen pada waktu yang sama.
Langkah ini untuk mendapatkan response rate yang baik dari kandidat. Misalnya, posting lowongan pekerjaan menggunakan job portal, media sosial, employee referral, dan lainnya.
Personalisasi proses rekrutmen
Personalisasi dalam rekrutmen tak selalu mahal, hanya saja membutuhkan waktu sedikit lebih intens.
Misalnya, ketika Anda harus melepaskan kandidat karena tidak memenuhi kriteria, luangkan waktu untuk memberitahukannya melalui email disertai umpan balik yang konstruktif. Jadi, kandidat memperoleh insight untuk memperbaiki keterampilan atau kompetensi di masa mendatang.
Sebaiknya, hindari mengundang atau melakukan interview melalui aplikasi pesan. Karena proses rekrutmen yang baik akan menimbulkan candidate experience yang positif.
Pertimbangkan kandidat tidak “sempurna”
Tak ada manusia sempurna di dunia ini. Hal ini mengingatkan perekrut untuk membuat prioritas dalam proes rekrutmen.
Jika kandidat sesuai kriteria sulit Anda dapatkan, pilih yang tidak “sempurna” tetapi memiliki keterampilan kerja yang mumpuni.
Karena di tengah talent war, perusahaan harus memenuhi kebutuhan operasional. Memberikan pelatihan atau program learning and development kepada karyawan baru lebih baik dibanding tidak memiliki karyawan sama sekali.
Percepat proses rekrutmen
Saat ini, satu kandidat memiliki proses di beberapa perusahaan. Jika proses rekrutmen di perusahaan cukup lama, kemungkinan kandidat jagoan Anda akan dipekerjakan oleh perusahaan lain.
Sekiranya, keterampilan dan kompetensi kandidat mendekati kriteria, tak ada salahnya segera memproses ke tahap selanjutnya.
Buat hiring video
Ini semacam job posting berbentuk video. Karena konten berbentuk video lebih menarik perhatian kandidat saat ini.
Misalnya, sembari mengumumkan bahwa perusahaan membutuhkan karyawan baru, Anda bisa menyisipkan budaya perusahaan dan/atau EVP di hiring video.
Employer Branding
Di sisi lain, tim HR harus berkolaborasi dengan tim marketing untuk membuat employer branding. Hal itu untuk meningkatkan reputasi perusahaan.
Biasanya, perusahaan akan membuat akun media sosial dan mengisi konten dengan memperlihatkan budaya perusahaan, kegiatan karyawan di jam kerja, karyawan tentang alasan mereka bekerja, hal-hal seru atau aktivitas asyik yang bisa dilakukan selama jam kerja.
Memanfaatkan recruitment agency
Jika beban kerja tim HR maupun perekrut sedang tinggi, manfaatkan saja jasa recruitment agency.
Upaya tersebut tidak membuat Anda tidak kompeten dalam menjalankan pekerjaan. Justru Anda bekerja secara efektif untuk mendukung bisnis perusahaan. Bahkan Anda akan mendapatkan insight tentang dunia ketenagakerjaan terkini.
Penutup
Di tengah kondisi tak menentu karena pandemi COVID-19, perusahaan perlahan-lahan membangun operasional bisnisnya. Memang, sejumlah tantangan rekrutmen menanti di depan perekrut .
Namun, Anda bersama tim HR harus memiliki strategi rekrutmen untuk memperoleh kandidat terbaik sesuai kriteria. Hal tersebut guna mengejar ketertinggalan selama pandemi sekaligus mengoptimalkan kinerja perusahaan.
Comment