Apakah Anda pernah melakukan tes MBTI karena ikut tren yang sedang hits saat ini di media sosial? Atau Anda pernah mendengar seseorang menggambarkan diri mereka sebagai seorang INFP atau ESTJ?
Mungkin Anda bertanya-tanya, apa sebenarnya makna dibalik huruf-huruf yang terdengar asing tersebut. Huruf-huruf tersebut merupakan tipe kepribadian seseorang berdasarkan Myers-Briggs Type Indicator (MBTI).
Tes MBTI menjadi sebuah tren di kalangan masyarakat dunia, terlebih pada masyarakat Korea Selatan. Jika Anda mengunjungi negara tirai bambu ini, Anda akan menemukan banyak orang yang membicarakan tes kepribadian ini.
Mengetahui MBTI diri sendiri dan orang lain telah menjadi tren yang berkembang di masyarakat Korea.
Kebanyakkan dari mereka berumur 20 hingga 30-an yang kebanyakkan menggunakan MBTI untuk mengejar karier dan prestasi, serta mengesampingkan hal-hal yang dianggap tidak cocok dengan MBTI mereka.
Tak heran, banyak perusahaan yang pada akhirnya juga melakukan perekrutan karyawan dengan memberikan tes MBTI ini.
Definisi dan Asal-usul MBTI Test
Dikutip dari psychologytoday, MBTI test adalah sebuah penilaian kepribadian sesuai dengan pertanyaan tentang preferensi seseorang.
Pertanyaan yang diajukan akan mengandung tiga hal yaitu:
- Fokus ke ekstrover atau introver memperhatikan informasi sensorik atau menambahkan interpretasi.
- Memutuskan segala hal dengan logika atau situasi.
- Membuat penilaian atau tetap terbuka terhadap informasi.
MBTI telah dikembangkan pada tahun 1940 oleh pasangan ibu dan anak bernama Katharine Cook Briggs dan putrinya, Isabel Briggs Myers. Tes kepribadian ini dibuat berdasarkan teori dari seorang psikolog asal Swiss bernama Carl Jung.
Baik Myers atau Briggs terpesona oleh teori tipe psikologis Jung dan menyadari bahwa teori tersebut bisa diterapkan di dunia nyata.
Selama Perang Dunia II, mereka mulai meneliti dan mengembangkan indikator yang dapat digunakan untuk membantu memahami perbedaan individu.
Myers dan Briggs percaya bahwa mereka dapat membantu orang memilih pekerjaan yang paling sesuai dengan tipe kepribadian mereka dan menjalani hidup yang lebih sehat dan bahagia.
Myers menciptakan inventaris versi pena dan pensil pertama selama tahun 1940-an. Kedua wanita ini juga melakukan uji coba pada teman dan keluarga.
Sepasang ibu dan anak ini terus mengembangkan instrumen selama dua dekade berikutnya.
Tes kepribadian yang dilakukan oleh Myers dan Briggs dilakukan berdasarkan jawaban atas pertanyaan yang diberikan. Setelah itu, jawaban setiap orang akan diidentifikasi dan akan diwakili oleh sebuah huruf.
Perwakilan huruf untuk setiap preferensi adalah Extraversion (E) atau Introversion (I); Sensing (S) atau Intuitive (N); Thinking (T) atau Feeling (F); dan Judging (J) atau Perceiving (P).
Hasil huruf ini digabungkan menjadi salah satu dari 16 deskripsi jenis seperti ESTJ atau ISTP.
Tujuan dari MBTI sendiri adalah untuk memungkinkan responden dalam mengeksplorasi dan memahami kepribadian mereka sendiri termasuk kesukaan, ketidaksukaan, kekuatan, kelemahan, preferensi karir, dan kompatibilitas dengan orang lain.
Tidak ada satu tipe kepribadian yang paling baik atau terbaik dari yang lain. Tes MBTI ini dirancang bukan untuk untuk mencari disfungsi atau kelainan orang lain.
Sebaliknya, tes ini bertujuan agar Anda dapat belajar lebih banyak tentang diri sendiri.
Kontroversi MBTI Test
Meskipun menarik dan banyak digunakan, tes MBTI ini tidak ilmiah, tidak mengukur kepribadian dengan valid atau andal, dan secara masuk akal bisa mengarahkan orang untuk tidak fleksibel dengan pola pikir tetap.
Kurang Akurat
Salah satu indikator yang membuat tes MBTI dari Myers-Briggs tidak akurat adalah bahwa ada beberapa analisis berbeda yang menunjukkan bahwa tes ini tidak terlalu efektif dalam memprediksi kesuksesan seseorang di pekerjaan mereka.
Jika tes tidak menunjukkan hasil yang akurat, mengapa banyak yang masih melakukannya? Salah satu alasan mengapa tes ini dilakukan karena deskripsi tes MBTI yang tumpang tindih dan samar.
Hal ini disebut sebagai efek Forer yang merupakan teknik lama yang digunakan pada penyedia astrologi dan peramalan untuk meyakinkan orang bahwa mereka memiliki informasi yang akurat tentang diri mereka.
Hasil Tidak Konsisten
Tes MBTI terkenal tidak konsisten dalam memberikan hasil. Penelitian menunjukkan kalau ada 50% orang mendapatkan hasil yang berbeda pada tes kedua yang mereka jalani.
Hal ini terjadi karena ciri-ciri yang diukur bukan lah ciri-ciri yang secara konsisten berbeda di antara orang-orang. Sebagian besar dari kita akan memiliki sifat yang bervariasi dari waktu ke waktu.
Variasi perasaan ini berbeda-beda sesuai dari suasana hati seseorang. Misalnya Anda baru saja mengikuti sebuah ujian, dan mungkin sedang tidak berpikir untuk bersimpati dengan orang lain, maka jawaban tes MBTI Anda akan berbeda saat Anda sedang bersimpati dengan orang lain.
Tes kepribadian ini hanya memberi tahu Anda apakah Anda ‘berpikir’ atau ‘merasa’ berdasarkan bagaimana Anda menjawab beberapa pertanyaan biner.
Dimensi Kepribadian Tidak Akurat
Dalam sebuah studi yang dilakukan baru-baru ini, para peneliti memiliki akses ke survei dari sekelompok remaja dewasa yang mengisi kuesioner tentang kepribadian mereka.
Penelitian ini dilakukan pada tahun 1960-an dan dilakukan lagi 50 tahun kemudian. Menurut penulis studi, Rodica Damian dari University of Houston, beberapa perubahan dilihat dari sifat kepribadian selama 50 tahun sangat besar.
Studi ini memberikan kesimpulan bahwa dimensi kepribadian akan terus berubah terus menerus seiring dengan berjalannya waktu.
Bias Informasi
Menurut Carl Jung, tidak ada yang namanya ekstrover atau introver murni. Tes kepribadian MBTI milik Myers-Briggs memberikan orang-orang label seperti ini yang digunakan sebagai identitas seseorang.
Pemberian label ini akan meyakini diri Anda bahwa label tersebut benar, padahal tidak. Di konteks lain,
Anda mungkin memiliki sikap dan perilaku yang bertentangan dengan hasil MBTI Anda. Namun, karena Anda melihat hasil MBTI maka Anda akan berpikir kalau Anda benar-benar memiliki sifat sesuai dengan hasil yang diberikan.
MBTI Test: Mengapa Masyarakat Menyukainya?
Ada banyak tes kepribadian yang dapat dilakukan oleh perusahaan. Melakukan tes kepribadian dapat mengelola keputusan perekrutan atau kegiatan pembangunan tim.
Memiliki tes kepribadian juga membuat rekan kerja lebih terikat karena memiliki kepribadian yang sama atau menemukan orang lain yang seperti mereka.
Keinginan untuk memahami diri menjadi lebih baik dan mengkategorikan orang-orang di sekitar membantu mendorong popularitas Myers-Briggs dan orang-orang menyukainya.
Namun, ada beberapa hal yang menyebabkan tes MBTI tetap disukai masyarakat walau disebut tidak akurat.
Self Reflection
Bukan hanya untuk mengikuti tren, tes MBTI dapat membantu seseorang mengetahui kepribadian dalam dirinya secara mendalam. Ada beberapa orang yang sulit mengenali dirinya sendiri.
Dengan menggunakan tes kepribadian ini, seseorang tersebut bisa mengetahui bagaimana karakteristik mereka setelah menjawab pertanyaan. Selain itu, hasil tes ini juga akan memberitahu kekurangan serta kelebihan seseorang.
Melalui tes MBTI juga, seseorang akan mengetahui ketertarikan pada minat dan bakat yang membantu pengembangan diri.
Memahami Diri Sendiri
Para filsuf mengakui kalau kebutuhan manusia akan pemahaman diri telah ada selama ribuan tahun lalu.
Identitas dan kepribadian manusia sangatlah kompleks, dan tes MBTI memberi orang awam pemahaman yang lugas dan mudah dimengerti.
Adanya 16 tipe kepribadian dari tes MBTI ini cenderung menyaring sifat manusia ke intinya dan menawarkan strategi yang konkret dalam meningkatkan kehidupan dan hubungan sosial dengan orang lain.
Mencari Validasi
MBTI telah berulang kali terbukti memberikan hasil valid dan dapat diandalkan. Para peneliti mempelajari empat skala preferensi secara mandiri bahwa MBTI bisa menghasilkan nilai akurat dan konsisten untuk beberapa administrasi.
Yang artinya, seseorang bisa mendapatkan hasil MBTI yang sama ketika mengambil penilaian lebih dari sekali, bahkan berbulan-bulan, atau bertahun-tahun.
MBTI tetap populer karena mampu memberikan informasi yang valid dan akurat pada sebagian orang yang melakukan tes.
MBTI Test Dalam Proses Rekrutmen
Menurut Society for Industrial and Organizational Psychology mengungkapkan bahwa 13% pengusaha Amerika Serikat memasukkan tes kepribadian dalam proses wawancara mereka.
Sekitar 68% pengusaha juga menggunakan tes keterampilan khusus saat melakukan perekrutan.
Ada banyak tes kepribadian yang biasanya dilakukan sebuah perusahaan, termasuk tes MBTI. Namun, penggunaan tes kepribadian ini tentunya harus tetap hati-hati atas bias informasi yang didapatkan dari hasilnya.
Ada banyak alasan mengapa sebuah perusahaan memutuskan untuk meminta calon karyawan mereka menyelesaikan tes kepribadian.
Kecocokan Peran
Tipe kepribadian setiap orang tentunya berbeda-beda yang terdiri dari berbagai preferensi, psikologis, dan temperamen. Melakukan tes kepribadian jadi langkah yang tepat dalam proses perekrutan karyawan.
Hal ini dilakukan agar perusahaan bisa memprediksi apakah calon karyawan akan bekerja dengan baik dalam posisi yang ditawarkan atau tidak.
Cultural Fit
Kesesuaian budaya juga mengacu pada bagaimana seorang karyawan berperilaku saat melakukan sebuah pekerjaan.
Tes kepribadian dapat menilai preferensi kerja kandidat untuk melihat apakah mereka cocok dengan cara kerja organisasi atau tidak.
Menurut Leah Lambart, seorang pelatih karir di Relaunch Me, mengatakan, sebuah perusahaan yang menghargai kolaborasi dan kemampuan dalam beradaptasi bukanlah lingkungan kerja yang tepat untuk karyawan yang tertutup dan tidak mau diatur.
Prediksi Waktu
Alasan lain perusahaan menggunakan tes kepribadian adalah untuk memprediksi berapa lama kandidat aka bertahan di posisinya.
Tipe kepribadian tertentu biasanya dikenal sebagai tipe yang setia dan konservatif dalam perubahan. Sementara tipe kepribadian lain akan membutuhkan banyak variasi dalam pekerjaan mereka.
Dengan adanya penilaian kepribadian, akan membantu perusahaan dalam memprediksi berapa lama waktu seorang pekerja berdasarkan jenis pekerjaan yang ditawarkan.
Sudah jelas bahwa tes kepribadian menjadi bagian penting dari proses perekrutan. Penelitian dari lembaga terkemuka juga menunjukkan seorang karyawan yang ditempatkan di posisi yang tidak sesuai akan mengalami penurunan kerja.
Akhirnya karyawan tersebut akan menghasilkan produktivitas 20% lebih rendah daripada karyawan lainnya.
Melakukan perekrutan adalah kegiatan yang cukup memakan waktu, maka dari itu penting bagi perekrut untuk mendisiplinkan diri saat mempersiapkan tes dan wawancara calon karyawan.
Penutup
Tes kepribadian dapat memberi gambaran kepada perusahaan mana kandidat yang cocok sesuai kemampuan. Ada banyak pilihan tes kepribadian yang bisa Anda pilih, termasuk tes MBTI.
Namun, sangat penting bagi Anda untuk menyesuaikan tes kepribadian dengan budaya perusahaan dan preferensi tempat kerja.
Apapun tes kepribadian yang dicoba untuk perekrutan karyawan, tentunya tim perekrut harus tetap mempersiapkan banyak hal dan berhati-hati dengan informasi yang dihasilkan dari tes tersebut.
Comment