Barangkali Anda pernah menyaksikan diskriminasi di tempat kerja, namun tak menyadarinya karena tidak mengerti apakah sikap tersebut tergolong diskriminatif atau tidak.
Hal seperti ini lumrah terjadi, terlebih ketika relasi antara atasan dan karyawan begitu senggang dan otoriter.
Tak jarang, seseorang bahkan tak menyadari bahwa dirinya tengah mengalami diskriminasi. Ada pula yang terang-terangan didiskriminasi, namun memilih untuk mengacuhkannya karena malas menghadapi konflik.
Padahal, diskriminasi yang tak diselesaikan berpotensi membuat karyawan tidak betah, juga berpotensi menimbulkan konflik antar karyawan yang jika didiamkan akan menimbulkan masalah yang lebih besar.
Sebagai pengingat, yang dimaksud diskriminasi di tempat kerja adalah ketika seseorang menerima perlakuan yang berbeda, atau yang tidak adil, karena orang tersebut berasal dari kelompok tertentu.
Misalnya; jenis kelamin, orientasi seksual, agama, ras, disabilitas, kondisi kehamilan, status sebagai ibu, tinggi badan, dan lainnya.
Karyawan Tuduh Sony Melakukan Diskriminasi di Tempat Kerja
Ini adalah salah satu contoh diskriminasi di tempat kerja karena gender.
Sony diberitakan gagal menindaklanjuti diskriminasi yang dialami oleh para karyawan perempuan di lingkungan kantor.
Gugatan itu diajukan oleh eks analis keamanan Playstation Emma Majo pada November tahun lalu. Tujuh eks karyawan perempuan dan satu karyawan aktif Sony memberikan kesaksian terkait gugatan tersebut.
Beberapa karyawan perempuan mengaku dilecehkan. Ada juga yang terpaksa berhenti menyusui karena tidak tersedia fasilitas menyusui dengan privasi memadai dalam gedung perkantoran.
Emma Majo juga membeberkan bahwa upah karyawan perempuan di Sony lebih rendah dibanding karyawan laki-laki pada jabatan dan tugas yang sama. Selain itu, promosi untuk karyawan perempuan juga cenderung dipersulit dibanding promosi untuk karyawan laki-laki.
Saksi lain mengatakan bahwa rekan kerja laki-laki pernah memintanya untuk tidak mengenakan rok karena pakaiannya itu mengganggu konsentrasi rekannya. Saksi lainnya bercerita bahwa para karyawan lelaki sering melontarkan candaan yang insensitif tentang penampilan fisik karyawan perempuan.
Gugatan Emma Majo memang ditolak dengan alasan bukti yang kurang kuat, namun ini adalah contoh nyata bahwa diskriminasi benar sering terjadi di sekeliling Anda tanpa disadari.
Diskriminasi Sengaja dan Tidak Disengaja, Apa Perbedaannya?
Diskriminasi Sengaja
Diskriminasi sengaja adalah ketika sebuah keputusan dibuat berdasarkan rasa benci yang nyata terhadap seseorang atau kelompok karena ras, keturunan, atau karena orang tersebut termasuk dalam kelompok yang dilindungi.
Atau ketika sebuah keputusan dibuat berdasarkan stereotype tentang keahlian, kepribadian, dan kemampuan seseorang karena jenis kelaminnya, ras, usia, atau kategori lain yang dilindungi hukum. (Contoh: ‘Perempuan tidak becus memimpin tim’)
Atau ketika keputusan dibuat berlandaskan preferensi yang diskriminatif dan mengandung bias di tempat kerja.
Diskriminasi Tidak Disengaja
Sedangkan diskriminasi tidak disengaja adalah bentuk diskriminasi yang lebih samar, sehingga sulit dideteksi jika Anda tak benar-benar mendengarkan dan memahami perilaku atau ucapan yang Anda saksikan.
Perilaku microaggression, bias-bias yang tak disadari, dan stereotype tentang seseorang yang tidak disadari juga termasuk dalam diskriminasi tidak disengaja.
Microaggression atau agresi mikro adalah cercaan atau hinaan verbal yang bersifat merendahkan, kasar, dan menghina kelompok yang secara kultur terpinggirkan. perilaku tersebut seringkali tersamarkan karena orang melontarkannya dalam candaan.
Bahkan tak jarang orang yang melontarkan hinaan kasar, mengaku hanya bercanda, padahal perkataannya tidak pantas untuk diucapkan dan membuat orang lain sakit hati. Ini adalah contoh microaggression atau perundungan yang tidak disadari.
Perbedaan Diskriminasi, Pelecehan, dan Perundungan
Tak jarang orang menganggap diskriminasi, pelecehan, dan perundungan adalah hal yang sama antara satu dengan yang lain. Padahal, ketiganya memiliki makna yang berbeda.
Diskriminasi
Secara sederhana, diskriminasi adalah perilaku yang tidak adil. Sebuah perilaku tidak adil dikatakan diskriminatif bila terjadi pada proses rekrutmen (seleksi), pemberian kompensasi dan benefit, pemilihan karyawan yang mengikuti training, yang mendapatkan promosi, dan yang terkena dampak penghematan anggaran.
Misalnya, jika seorang staff human resource atau seorang manajer tidak mengikutsertakan seorang karyawan untuk mengikuti pelatihan dan sertifikasi hanya karena ia berasal dari suku tertentu, maka tindakan tersebut dikategorikan sebagai diskriminasi.
Pelecehan
Suatu perilaku disebut pelecehan jika bersifat menghina dan merendahkan. Contoh perbuatan yang dikategorikan pelecehan misalnya; melontarkan candaan yang menghina kelompok ras tertentu, mengirim pesan yang tidak senonoh, menunjukkan gambar (poster/screen saver) yang menyinggung ras tertentu atau bersifat pornografi.
Selain itu, melontarkan komentar atau ejekan tentang kecacatan seseorang, atau menanyakan hal-hal yang bersifat personal tentang kehidupan pribadi seseorang, juga dikategorikan sebagai pelecehan.
Jika seorang karyawan bercanda dan mengirim meme berbau pornografi di grup chat kantor, itu termasuk sebagai pelecehan di tempat kerja.
Perundungan
Perundungan di tempat kerja diartikan sebagai perilaku berulang yang tidak wajar kepada rekan kerjanya dan berpotensi menghasilkan risiko kesehatan dan keselamatan. Perilaku perundungan bisa berupa verbal dan serangan fisik serta siksaan psikologis.
Perilaku-perilaku yang dikategorikan sebagai perundungan, misalnya; berteriak, menjerit, dan penggunaan bahasa yang kasar, menjauhi atau memusuhi karyawan, mengintimidasi, memberikan penugasan yang tidak termasuk dalam jobdesc.
Memberikan pekerjaan dengan tingkat kesulitan tidak masuk akal, secara sengaja menyembunyikan informasi penting untuk menurunkan performa karyawan, atau secara sengaja pola kerja untuk membuat karyawan tidak betah.
Tanda-tanda Diskriminasi di Tempat Kerja
Dari contoh di atas, jelas bahwa seringkali diskriminasi sulit dideteksi. Apalagi jika orang yang didiskriminasi tidak menyadarinya.
Adalah tanggung jawab staff human resource untuk sigap menangkap tanda-tanda diskriminasi di tempat kerja meskipun buktinya samar.
Berikut adalah cara untuk mendeteksi diskriminasi di tempat kerja.
Lingkungan Kerja Tidak Beragam
Diversity atau keberagaman adalah salah satu indikasi suatu komunitas yang terbuka dan mampu berbaur meskipun anggotanya berasal dan memiliki latar belakang yang berbeda. Minimnya tingkat keberagaman dapat berpotensi menimbulkan diskriminasi.
Misalnya, suatu divisi dominan diisi oleh karyawan laki-laki, atau sebaliknya, maka ada potensi diskriminasi yang cukup besar di divisi tersebut. Anda bisa menanyakan ke karyawan perempuan di divisi tersebut, apakah ia pernah menerima diskriminasi dari rekan kerjanya?
Atau jika suatu divisi dominan diisi oleh karyawan dari suku Sunda, maka karyawan dari suku lain berpotensi mengalami diskriminasi dari rekan-rekan kerjanya.
Retaliasi
Pernahkah Anda melihat karyawan-karyawan yang berani mengadukan kasus atau sesuatu yang tidak menyenangkan di lingkungan kantor, umumnya sebentar lagi akan resign? Kultur kerja yang menormalisasi diskriminasi dan perilaku kasar biasanya mengintimidasi ‘tukang pengadu’.
Komentar Menghina
Pada tahap mana suatu komentar dianggap menghinakan seseorang memang cenderung relatif, tergantung tiap-tiap karyawan. Namun yang pasti, komentar hinaan seringkali dibalut dengan sanggahan ‘Hanya bercanda, kok.’
Hal-hal seperti ini sering terjadi dan karyawan yang tersinggung lebih sering memilih untuk mengalah.
Pertanyaan Tidak Pantas
Saling bertanya dalam obrolan dengan rekan kerja memang lumrah. Namun ada batasan wajar yang mesti dipahami semua karyawan. Pertanyaan-pertanyaan yang terlalu mengusik ranah pribadi, apalagi jika tidak berhubungan dengan pekerjaan sama sekali, boleh jadi mengindikasikan si penanya memang punya itikad buruk.
Penutup
Mencegah dan menangani aduan diskriminasi sama-sama tricky. Karena tidak semua karyawan memiliki pemahaman yang sama, tidak semua orang memiliki batas kewajaran yang sama dalam berkomunikasi.
Hal yang lumrah terjadi di Indonesia adalah melontarkan candaan yang berisi hinaan fisik, gender, paras wajah, ras, bahkan agama. Ada pula yang terang-terangan mendiskriminasi namun tidak merasa bahwa ia tengah melakukan diskriminasi.
Oleh karena itu, menyamakan persepsi tentang batasan kewajaran dalam berkomunikasi di lingkungan kerja perlu dilakukan. Agar semua karyawan punya pemahaman yang sama, dan mengerti pada titik mana mereka perlu menjaga sikap dan ucapan.
Comment