Ibu bekerja sering kali menjalani peran ganda. Ketika di rumah, ia dan suami berbagi peran dalam mengasuh anak. Di kantor, ia dituntut bekerja profesional agar tujuan perusahaan tercapai.
Saat pandemi COVID-19, di mana perusahaan menerapkan bekerja dari rumah (WFH), para ibu bekerja menghadapi tantangan baru. Mereka harus mengatur urusan domestik sekaligus menyelesaikan pekerjaan tepat waktu.
Kondisi tersebut membuat ibu bekerja lelah secara fisik dan mental. Jika masalah mereka tidak diatasi, maka produktivitas mereka bisa menurun. Lantas siapa yang mengatasi masalah mereka? Bagaimana jika mereka burnout? Apa yang akan dilakukan oleh HR dan tim leader?
Perempuan dan Dunia Kerja
Gallup menemukan bahwa kesejahteraan karyawan perempuan merosot lebih jauh daripada laki-laki karena tingkat stres dan kekhawatiran mereka meningkat.
“Tahun ini telah menjadi roller coaster dari kelelahan, gagal membuat kemajuan, ragu-ragu, dan kehilangan identitas,” kata seorang ibu bekerja dalam survei Gallup.
Meski demikian perempuan sama seperti laki-laki, yaitu berperan penting dalam dunia kerja. Bahkan mereka lebih terlibat meskipun mereka cenderung burnout karena perusahaan mengabaikan kinerja mereka.
Perempuan lebih terlibat di tempat kerja
Masih berdasarkan Gallup, umumnya perempuan lebih terlibat di tempat kerja daripada laki-laki dan memiliki tingkat kepuasan kerja yang lebih tinggi. Bahkan selama pandemi, ketika kesejahteraan turun drastis dan kelelahan meningkat, pekerjaan adalah sesuatu yang ingin dilakukan oleh perempuan. Pekerjaan memberi mereka makna dan nilai.
Studi Zenger-Folkman yang dilaporkan dalam Harvard Business Review menemukan bahwa perempuan dinilai sebagai pemimpin yang lebih baik dibanding pemimpin laki-laki dan mereka mengungguli laki-laki pada 13 dari 19 kompetensi kepemimpinan. Contohnya Perdana Menteri Selandia Baru Jacinda Ardern yang dinilai sangat baik memimpin negaranya melalui krisis COVID-19.
“Saya tidak akan pernah melupakan betapa senangnya saya untuk kembali dari parental leave dan menjadi diri saya yang terbaik di tempat kerja lagi. Ini memenuhi identitas menjadi karyawan yang saya inginkan,” ucap ibu bekerja yang menjadi responden survei.
Penelitian McKinsey hampir sama seperti Gallup. Pemimpin perempuan berbuat lebih banyak untuk mendukung tim dan memajukan keragaman, kesetaraan, serta mengupayakan inklusi.
Perempuan cenderung mengalami burnout
McKinsey bersama LeanIn.Org menemukan bahwa perempuan (terutama pemimpin senior) telah membuat kemajuan penting selama 1,5 tahun pandemi COVID-19. Namun perempuan mengalami stres dan kelelahan lebih tinggi dibanding laki-laki.
Pemimpin perempuan itu kuat dan mereka yang mengambil pekerjaan ekstra bertambah banyak dibanding pemimpin laki-laki. Walaupun usaha mereka tidak diakui dan tidak dihargai oleh sebagian besar perusahaan. Hal itu memiliki implikasi yang mengkhawatirkan.
Pada tahun lalu, satu dari tiga wanita telah mempertimbangkan untuk meninggalkan angkatan kerja atau menurunkan karier mereka. Selain itu, empat dari sepuluh perempuan telah mempertimbangkan untuk meninggalkan perusahaan mereka atau berpindah pekerjaan.
Perempuan, termasuk ibu bekerja, cenderung mengalami burnout bukan karena faktor pekerjaan yang harus mereka tangani. Faktor lainnya adalah jam kerja dan pola kerja kaku meski WFH, membagi waktu antara kerja dan mengurus anak-anak, hingga kebijakan perusahaan yang tak mendukung kebutuhan mereka.
7 Bentuk Dukungan Bagi Ibu Bekerja
Tak semua ibu bekerja yang mengalami burnout bisa menceritakan masalahnya kepada HR atau leader. Hal tersebut disebabkan karena mereka sungkan atau lingkungan kerja yang tak mendukung untuk berbagi cerita.
Anda bisa mengabaikan masalah yang sedang dihadapi oleh karyawan (ibu bekerja). Namun dampaknya akan memengaruhi produktivitas, kinerja tim, bahkan bisa memengaruhi reputasi perusahaan. Apakah hal itu yang Anda inginkan?
Di sini peran HR sangat dibutuhkan dalam mendukung kebutuhan sekaligus kinerja ibu bekerja. Bentuk dukungannya adalah:
1. Meninjau kebijakan
Tak sedikit perusahaan yang meninjau kembali kebijakan saat pandemi COVID-19. Langkah ini sebagai upaya agar bisnis tetap berjalan dan memastikan keselamatan para karyawan.
Perusahaan dapat meninjau kebijakan tentang waktu kerja, model kerja, tunjangan, cuti dan hari libur, training and development, hingga langkah preventif pencegahan virus korona untuk semua karyawan termasuk ibu bekerja.
2. Waktu kerja fleksibel
Satu survei menemukan 40% karyawan tetap di AS mengatakan jam kerja fleksibel adalah keuntungan paling penting yang mereka terima dan 54% mengatakan tunjangan adalah yang paling penting bagi kepuasan kerja mereka.
Bagi ibu bekerja, waktu kerja fleksibel membantu mereka tetap terhubung dengan keluarga, seperti menghadiri acara sekolah, menemukan penitipan anak terbaik, dan menghabiskan waktu bersama anak-anak mereka di antara rapat atau jadwal kerja yang padat.
Hal senada juga dikatakan oleh Mariawaty Santoso, Corporate Head of Human Resources PT Mitra Adiperkasa Tbk, kepada HR Note, Jumat (08/10/2021). Menurutnya, perusahaan mendukung ibu bekerja dengan waktu kerja fleksibel, karena mereka akan mengutamakan sekolah daring anak-anak.
“Kalau COVID-19, apa yang bisa kita lakukan? Kecuali being flexible untuk working mom. Ada working mom yang bilang baru bisa maksimal setelah jam 12.00, tapi akan kerja lebih malam, at the end of the day yang penting result,” ujar Maria.
3. Model kerja hybrid
Fleetcor, perusahaan jasa pembayaran tenaga kerja di AS, menerapkan model kerja hybrid. Penerapan tersebut memiliki kebijakan:
- Menawarkan cukup banyak kebijakan cuti untuk ibu dan ayah bekerja.
- Menciptakan kelompok karyawan di tiga wilayah operasional perusahaan (Eropa, Brasil, dan Amerika Utara) yang fokus pada isu perempuan.
- Sistem kerja tiga hari dalam seminggu.
Kebijakan tersebut memberikan work-life balance yang mendorong pertumbuhan karir untuk semua perempuan, sehingga menjaga hubungan pribadi yang kuat dan organik antar rekan kerja.
4. Penyesuaian tunjangan dan fasilitas
Bentuk dukungan HR kepada ibu bekerja dengan menyesuaikan tunjangan dan fasilitas. Misalnya, memberikan izin atau cuti untuk mengurus kebutuhan anak dan memiliki sharing session bagi ibu bekerja agar mereka dapat berbagi pengalaman.
Jika mereka harus kembali bekerja di kantor, perusahaan dapat memberikan fasilitas berupa ruang laktasi, tunjangan biaya penitipan anak, dan lainnya.
“Perusahaan memperbolehkan saya untuk full WFH. Di masa sekarang, WFH paling dibutuhkan oleh working mom. Kalau harus WFO, perusahaan bisa memberikan waktu buat pumping,” Endriani, Recruitment Consultant PT Reeracoen Indonesia, mengatakan tentang kebutuhan karyawan dan dukungan yang diberikan oleh perusahaan.
5. Mendorong leader untuk peduli terhadap tim
Dukungan HR selanjutnya adalah mendorong leader untuk peduli terhadap timnya. Karena leader yang peduli dalam membantu karyawan meningkatkan kinerja dapat mengembangkan potensi dan kesejahteraan anggota tim. Dampak selanjutnya, tujuan perusahaan akan tercapai.
6. Meningkatkan dukungan kesehatan mental
HR perlu berkomunikasi secara terbuka kepada manajemen untuk memberikan dukungan kesehatan mental bagi karyawan.
HR dapat mendorong ibu bekerja untuk melakukan survei kesehatan mental minimal setahun sekali. Hasil survei untuk mengevaluasi kondisi kesehatan mental karyawan dan membuat kebijakan yang relevan, sehingga mereka akan terbantu jika mengalami masalah kesehatan mental.
7. Membuat program mentorship
Dukungan HR bisa berupa program mentorship untuk menghubungkan para ibu bekerja. Jadi program untuk ibu hamil dan ibu yang baru melahirkan dengan ibu yang berada dalam posisi kepemimpinan. Program dapat memberikan dukungan dan membangun kepercayaan diri mereka saat mereka dalam menjalankan peran baru mereka sebagai orang tua.
Perusahaan yang Mendukung Kinerja Ibu Bekerja
Mendukung ibu bekerja bukan berarti mengistimewakan mereka. Dukungan tersebut merupakan salah satu kebijakan perusahaan dalam meningkatkan kinerja mereka. Tentunya, perusahaan memiliki kebijakan yang mendukung kinerja untuk semua karyawannya.
Berikut ini, lima perusahaan yang mendukung kinerja ibu bekerja.
Medela
Melissa Gonzales, Wakil Presiden Eksekutif Amerika Untuk Medela, mengatakan perusahaan berinvestasi dan mendukung perempuan, karena hal tersebut menguntungkan masa depan organisasi.
Medela, perusahaan produk kesehatan yang berlokasi di AS, fokus membantu orang tua bekerja menyeimbangkan keluarga. Bentuk dukungan perusahaan antara lain, bekerja jarak jauh, jadwal kerja fleksibel, paket tunjangan, cuti orang tua berbayar selama 16 minggu, ruang laktasi, hingga pengiriman ASI ke rumah bagi ibu yang sedang bertugas.
BCG
Boston Consulting Group (BCG), perusahaan konsultan manajemen di Boston, AS, berkomitmen mendukung perempuan untuk mengembangkan potensinya, baik secara personal maupun profesional.
Dukungan yang diberikan perusahaan kepada ibu bekerja adalah penggantian biaya surrogacy dan adopsi, penggantian biaya pembekuan sel telur, tunjangan perawatan tanggungan (anak), sumber daya penunjang laktasi, dan kebijakan cuti orang tua. Selain itu, perusahaan juga memberikan program career development, mentorship, dan berjejaring kepada karyawan perempuan.
GE Power
GE Power mendorong pengaturan kerja fleksibel, sehingga karyawan dapat mengatur jadwal kerja untuk memaksimalkan produktivitas. Perusahaan juga menawarkan kesempatan kerja part-time, job sharing, mengurangi jam kerja, WFH, dan membentuk grup dukungan GE Women’s Network.
CitiGroup
CitiGroup, bank terbesar keempat di AS, tak hanya mendukung kinerja ibu bekerja saja, tetapi juga ayah bekerja. Perusahaan memberikan diskon educational camp dan sesi lainnya untuk anak-anak karyawan agar mereka tetap terhibur dan sibuk selama di rumah, melarang rapat video internal, dan mengingatkan karyawan untuk beristirahat.
Deloitte
Perusahaan professional services network Deloitte Touche Tohmatsu Limited sudah lama memiliki tunjangan kompetitif dan gender-neutral kepada semua karyawan, termasuk cuti orang tua untuk menikmati waktu bersama anak-anak mereka. Perusahaan memberikan jasa pengasuh gratis, mendiskon biaya pembelajaran virtual untuk anak-anak, dan memiliki situs Community of Parents yang berfungsi sebagai ruang bagi orang tua untuk mengakses berbagi informasi.
Penutup
Gallup menuliskan bahwa memenuhi kebutuhan pelanggan merupakan prioritas. Namun merencanakan kinerja, potensi, kesejahteraan, dan kehidupan karyawan juga tak kalah penting.
Oleh karena itu, perusahaan perlu memikirkan bagaimana mendukung semua karyawan agar mereka dapat mencapai hasil luar biasa. Ketika perusahaan mendukung kinerja perempuan dengan baik, maka Anda membuat hal-hal yang lebih baik untuk semua orang, baik laki-laki, anak-anak, perusahaan, ekonomi, dan dunia.
Comment