Dua tahun belakangan, banyak pihak yang menulis maupun mengulas tentang cara mengatasi kesepian di tempat kerja.
Bukankah tempat kerja adalah ruang ramai?
Penelitian Wharton School of Business (CSU) menemukan bahwa kesepian di tempat kerja memicu karyawan menarik diri secara emosional dari organisasi.
Hal itu tercermin dari peningkatan tingkah laku berkurangnya komitmen afektif. Hasil penelitian juga mengungkapkan bahwa karyawan dapat mengenali kesepian rekan kerjanya. Ia melihat, sikap rekannya tersebut menghambat keefektifan anggota tim.
Bagi teman-teman HRD, apakah Anda melihat ada rekan kerja satu divisi atau divisi lain sedang merasa kesepian? Jika, iya, bagaimana cara mengatasi kesepian ala Anda?
Apa Itu Kesepian di Tempat Kerja?
Kesepian merupakan respons emosional normal yang dialami setiap orang. Respons tersebut paling sering terjadi di lingkungan atau pengaturan baru.
Kesepian dapat berkontribusi pada kondisi kesehatan mental, seperti kecemasan, depresi, dan lainnya. Pada saat yang sama, seseorang dengan kondisi kesehatan mental tidak stabil meningkatkan kemungkinan ia merasa kesepian atau menarik diri.
Laman workplacementalhealth.org menuliskan sebuah penelitian bahwa dampak kesepian terhadap kematian setara dengan merokok 15 batang sehari.
Namun, banyak karyawan tidak menyadari hal itu. Akibatnya, mereka rentan terkena penyakit kardiovaskular, imunitas menurun, mudah terdampak virus serta bakteri, bahkan kematian.
Hubungan Kesepian dan Tempat Kerja
Perusahaan konsultasi manajemen Korn Ferry menemukan bahwa perusahaan berkontribusi menciptakan kesepian pada karyawan. Karena:
- Sistem kerja jarak jauh semakin memperburuk masalah kesepian. Karyawan merasa terasing dan hanya disibukkan dengan serangkaian rapat daring.
- Jika karyawan sudah kembali bekerja di kantor, desain kantor modern menyumbangkan terhadap perasaan karyawan yang kesepian dan mengurangi waktu untuk berinteraksi antara rekan kerja.
Jika manajer, pemimpin tim, maupun HR tidak memiliki cara mengatasi kesepian, maka akan menjadi masalah besar. Pasalnya, produktivitas serta komitmen karyawan terhadap perusahaan akan semakin berkurang, sehingga berdampak negatif pada kinerja perusahaan.
Teknologi dan kesepian di tempat kerja
Teknologi seperti dua mata pisau. Ia membantu pekerjaan, tetapi berkontribusi pada kesepian di tempat kerja.
Penelitian menunjukkan lebih dari 40% orang dewasa Amerika Serikat (AS) mengalami kesepian. Kebanyakan, mereka menghabiskan sepertiga hari untuk bekerja atau menghabiskan waktu di tempat kerja tetapi tidak menganggap rekan kerja sebagai teman.
Perusahaan memerlukan hubungan baik dan sehat antar karyawan. Hal itu bertujuan dalam mencapai tujuan perusahaan dan menjaga keseimbangan kehidupan kerja.
Bila karyawan tidak menemukan cara mengatasi kesepian, maka hasil kerjanya akan berubah cukup signifikan, membatasi kinerja tim, hingga mengurangi kreativitas dan mengganggu pengambilan keputusan.
Faktor-faktor yang menyebabkan kesepian
Untuk lebih jelas mengenai faktor yang menyebabkan kesepian pada karyawan, Workplace Mental Health menguraikan berikut ini:
- Teleworking
Karyawan yang bekerja secara virtual mungkin merasa terisolasi dari anggota tim lainnya.
- Introvert dan Ekstrovert
Orang introvert yang bekerja dalam tim ekstrovert kemungkinan merasa tidak bisa mengerti apa-apa.
Sebaliknya, si ekstrovert yang bekerja dengan tim introvert merasa sulit membentuk hubungan pertemanan. Selain itu, bekerja di lingkungan yang tenang atau menyendiri bisa menjadi tidak nyaman bagi ekstrovert yang ramah, tetapi justru lingkungan itu ideal untuk introvert.
- Perbedaan Kepribadian
Kesalahpahaman di kantor adalah hal biasa. Namun, jika tidak diselesaikan akan membuat perasaan dendam berkembang dan memperburuk keadaan. Pada akhirnya, salah satu pihak akan mengisolasi diri.
- Kurang dukungan sosial
Karyawan yang menunjukkan tanda-tanda kelesuan mental akan mengalami penurunan produktivitas, menghalangi kreativitas, dan menghambat pengambilan keputusan.
Alasan Perusahaan Harus Tahu Cara Mengatasi Kesepian Pada Karyawan
Kirsta Anderson sebagai mitra dan pemimpin klien senior Korn Ferry mengatakan bahwa karyawan berperan dalam kebahagiaan mereka masing-masing.
Namun, bukan berarti manajer tak mau memahami atau tim HR lepas tangan mengenai kondisi karyawan. Justru perusahaan harus mengetahui cara mengatasi kesepian tersebut. Apa alasannya?
- Pekerja yang kesepian tidak sehat.
- Biaya kesepian itu mahal harganya.
- Tempat kerja berkontribusi membuat seseorang kesepian.
Di atas telah disinggung, kesepian bisa menurunkan produktivitas–baik karyawan maupun perusahaan–. Making Caring Common, proyek penelitian Harvard Graduate School of Education, melaporkan kesepian memerlukan kocek yang tidak sedikit.
Mereka menunjukkan sebanyak 36 persen orang AS—termasuk 61 persen dewasa muda dan 51 persen ibu dengan anak kecil—merasa kesepian yang serius. Kondisi itu meningkat sejak pecahnya pandemi COVID-19.
Akibatnya, kesepian berimbas pada masalah fisik dan mental, seperti penyakit jantung, depresi, kecemasan, kekerasan dalam rumah tangga, dan lainnya. Ironisnya, biaya pemulihan kesepian tidak murah.
Ada baiknya, manajer perlu mengetahui bagaimana cara mengatasi kesepian pada anggota timnya.
Meminta umpan balik
Senior Client Partner for Digital Solutions Korn Ferry Melissa Swift menjelaskan pemimpin perlu meminta umpan balik dari karyawan secara rutin.
Hal tersebut untuk mendukung employee experience dan memperbaiki pola kerja tim, termasuk gaya berkomunikasi. Ketika meminta umpan balik, Anda dapat bertanya, seperti:
- Bagaimana pekerjaan Anda selama ini?
- Apa saja tantangannya?
- Seberapa sering Anda berbicara dengan rekan kerja?
- Adakah masalah? Adakah yang bisa dibantu?
Melihat perilaku karyawan
Bagi karyawan dengan sistem kerja jarak jauh harus lebih diperhatikan oleh pemimpin timnya.
Lihat dan amati perilaku mereka saat mencapai target. Misalnya, apakah ia tipe pengambil risiko, apakah ia menjadi diri sendiri ketika mengejar target, apakah dia membuka diri atas keberhasilannya dengan rekan kerja, dan bagaimana kinerja selanjutnya.
Mendorong karyawan bersuara
Manajer dapat menciptakan ruang untuk karyawan agar mereka bersuara.
Misalnya, mereka menyuarakan saran tentang alur kerja, meminta bantuan kepada atasan, mengatur jadwal WFO dan WFH, atau mengeluarkan unek-uneknya selama bekerja.
Peran HR Mengatasi Kesepian di Tempat Kerja
Sebagai manusia, seseorang membutuhkan interaksi dengan orang lain. Entah itu berdiskusi di tengah kegiatan kerja atau ngobrol saat makan siang.
Di sisi lain, ketersediaan teknologi memungkinkan karyawan terhubung dengan orang lain di seluruh dunia tanpa harus meninggalkan rumah atau tempat kerja. Namun, langkah itu menyumbangkan rasa kesepian.
Seseorang yang merasa kesepian akan menjauhkan diri dari keterhubungan sosial. Jika tidak ditangani, hal itu berdampak terhadap produktivitas kantor, moral, dan kesehatan karyawan.
Di kondisi tersebut, perusahaan memerlukan peran tim HR. Tim perlu memperhatikan dan mengetahui cara mengatasi kesepian di tempat kerja
#1 Evaluasi kondisi perusahaan
Tim HR bersama manajemen perlu mengevaluasi kondisi hubungan sosial organisasi saat ini.
Anda dapat bertanya kepada karyawan, seperti apakah mereka merasa dihargai dan apakah budaya perusahaan mendukung keterhubungan. Pertanyaan tersebut membantu tim Anda menginspirasi hal positif dan keterbukaan komunikasi.
#2 Atur ulang jadwal kerja
Hal lumrah jika setiap hari terdapat beberapa rapat. Karyawan pun memiliki jadwal kerja tanpa ruang gerak alias duduk di tempatnya mengikuti rapat daring.
Sebaiknya, tim HR dan pemimpin tim membicarakan tentang jadwal kerja. Tim dapat menyerahkan ke anggotanya untuk mengatur ulang jadwal rapat, WFO, dan WFH, sehingga mereka terlibat dengan rekan kerja dan bersosialisasi lintas departemen.
#3 Buat kegiatan karyawan
Membuat kegiatan untuk karyawan tidak harus mahal. Misalnya:
- Nonton bareng tim di bioskop setelah jam kerja.
- Sharing session sambil minum kopi di taman kantor atau gedung.
- Mengajak anggota tim untuk mengunjungi serta donasi ke panti asuhan.
- Kegiatan lain yang mendorong karyawan terlibat satu sama lain.
#4 Ciptakan lingkungan digital
Meski teknologi “dituduh” menjadi penyebab kesepian, tetapi tim HR dapat menciptakan lingkungan digital dari tools atau piranti lunak. Contohnya:
- Menjalankan program training, learning, and development bagi karyawan di tempat maupun jarak jauh.
- Memperluas komunitas digital di antara tim kerja yang berada di berbagai lokasi.
- Menginisiasi acara secara berkala untuk semua karyawan agar mereka lebih dekat.
- Mengadakan morning meeting untuk berbagai ucapan syukur atau mengucapkan selamat ulang tahun.
#5 Bangun kesadaran tentang isolasi
Cara mengatasi kesepian dapat dilakukan tim HR dengan membangun kesadaran tentang isolasi kepada karyawan. Karena masalah perusahaan bukan kesepian tetapi isolasi.
Isolasi merupakan alasan seseorang paling mungkin dilakukan ketika ia merasa sendirian dan terputus dari orang lain.
Alasan karyawan merasa terisolasi di antaranya terlalu banyak bekerja, konflik, dan sikap yang ‘hanya ingin bekerja bukan mencari teman’. Akibatnya, perusahaan menanggung biaya lebih tinggi untuk cuti sakit dan klaim kesehatan.
Tim HR dapat membantu karyawan mengenali isolasi di antara rekan kerja sesama tim dan karyawan lain. Anda juga bisa melatih mereka untuk menunjukkan minat satu sama lain tanpa mengganggu.
Penutup
Great People Inside mencatat bahwa saat karyawan merasa kesepian, ia cenderung mengisolasi diri mereka. Mereka mulai merasa kurang terhubung dengan nilai-nilai organisasi dan semakin jauh dari rekan kerjanya.
Kondisi itu adalah tanggung jawab seluruh organisasi. Pemimpin, manajemen, tim HR, manajer, dan semua karyawan memiliki kewajiban untuk menciptakan tempat kerja yang sehat.
Bahkan manajemen dan tim HR perlu merumuskan tentang cara mengatasi kesepian di tempat kerja. Pemimpin pun dapat memberikan contoh dan membantu karyawan mengurangi rasa kesepian melalui diskusi dan berbagi pengalaman.
Comment