Membangun kepercayaan di tempat kerja membutuhkan waktu yang tak sebentar. Perusahaan berperan penting dalam upaya tersebut.
Ketika perusahaan menerapkan kebijakan hybrid atau jarak jauh, pemimpin berasumsi ‘ia tidak percaya kepada karyawannya’. Ia menduga mereka malas bekerja atau mengambil keuntungan atas kebijakan perusahaan.
Alih-alih membangun kepercayaan, pemimpin justru memupuk ketidakpercayaan. Hal itu menumbuhkan sikap micromanagement. Alhasil, karyawan merasa tidak dipercaya, sehingga menurunkan produktivitas mereka.
Bila terjadi penurunan produktivitas, tim HR perlu bertindak dan mendorong pemimpin untuk membangun kepercayaan kepada karyawan.
Bagaimana Membangun Kepercayaan Di Tempat Kerja?
Ketidakpercayaan dapat menghalangi karyawan berpotensi untuk berkembang. Bahkan langkah itu dapat menambah tingkat turnover.
Saat karyawan resign, ada posisi kosong yang harus diisi secepatnya. Namun, merekrut kandidat berkinerja tinggi secepatnya itu tak mudah. Yang terjadi justru produktivitas tim menurun.
Mengabaikan kondisi tersebut akan menciptakan “lingkaran setan” di dalam tubuh perusahaan.
Dalam situasi tersebut, perusahaan memerlukan peran tim HR untuk membangun kepercayaan. Baik kepercayaan sesama rekan kerja, anggota tim ke pemimpinnya, hingga pemimpin tertinggi ke semua karyawan.
#1 Mengutamakan kejujuran
Membangun kepercayaan dimulai dari kejujuran.
Setiap perusahaan memiliki nilai atau prinsip kejujuran. Jika perusahaan Anda mempunyai nilai ini, mengapa tidak diterapkan dalam kegiatan sehari-hari?
Tim HR dapat mendorong pemimpin tim hingga pemimpin tertinggi untuk mengutamakan kejujuran.
Misalnya, kejujuran mengenai kondisi perusahaan, kejujuran dalam memberikan employee recognition, hingga kejujuran memberikan jalur karier karyawan. Langkah ini memunculkan kepercayaan karyawan kepada pemimpinnya.
#2 Bertemu dengan anggota tim
Pemimpin tim yang rutin bertemu dengan anggota tim secara personal dapat membangun kepercayaan lebih baik.
Dampaknya, pemimpin mendapatkan wawasan tentang anggota tim, baik secara profesional maupun personal. Begitu pula sebaliknya, anggota tim dapat memahami pemimpinnya.
Langkah itu membuat kedua belah pihak memiliki hubungan kerja positif dan saling percaya.
#3 Komunikasi yang efektif
Komunikasi yang efektif antara pemimpin tim dan anggotanya dapat membangun kepercayaan di tempat kerja.
Jika anggota tim terlihat ragu-ragu, tak ada salahnya pemimpin yang mulai membicarakan suatu hal, mendengarkan pendapat anggotanya sampai selesai, dan mengajukan pertanyaan untuk memperjelas pendapat mereka.
Terapkan langkah tersebut sebelum tim mengerjakan proyek. Komunikasi yang efektif juga dapat menghindarkan tim terhadap miskomunikasi.
#4 Mengakui kesalahan
Jika perusahaan mengutamakan kejujuran, maka biasakan semua karyawan–termasuk pemimpin tim– untuk mengakui kesalahan. Terima kesalahan mereka.
Tak ada orang yang suka mendengar alasan. Jika Anda salah, akui kesalahan dan memperbaikinya. Meski awalnya berat, tetapi hal itu membuat Anda bersikap manusiawi dan dapat dipercaya. Mengakui kesalahan bagian dari kejujuran.
#5 Dukungan dan penerimaan
Berikan karyawan dukungan dan penerimaan ketika berbagi cerita dan memberikan ide.
Misalnya, mengizinkan karyawan membahas tentang pekerjaan, ide baru, gender, keragaman, hingga preferensi pribadi. Perhatikan bagaimana reaksi rekan kerjanya dan pastikan ia merasa diterima serta aman secara psikologis.
Jika ada tanggapan yang tidak pantas, Anda dapat mengatakan bahwa perusahaan menghargai perbedaan pendapat.
#6 Otonomi kerja
Membangun kepercayaan dapat dilakukan dengan cara memberikan otonomi kerja kepada karyawan.
Dorong pemimpin untuk meminta karyawan bertanggung jawab atas tugas-tugas mereka. Pastikan harapan yang jelas dalam tugas dan memberikan mereka keleluasaan dalam pengerjaannya.
Hindari micromanagement, karena hal itu mempersempit ruang gerak sekaligus menambah stress kerja. Otonomi kerja akan melahirkan motivasi, kepercayaan diri, dan antusiasme karyawan terhadap pekerjaan.
#7 Bersedia membantu
Seseorang yang dapat dipercaya cenderung bersedia membantu rekan kerjanya selagi bisa. Bukan karena mengharapkan imbalan atau mempunyai agenda tersembunyi.
Hal ini tidak hanya berlaku pada sesama karyawan saja. Bisa juga atasan membantu anggota timnya dan sebaliknya.
Membantu tak hanya merujuk pada berbagi tugas, tetapi juga memberikan saran maupun bimbingan kepada karyawan baru yang terlihat kewalahan.
#8 Mempertahankan kebenaran
Lingkungan kerja yang baik akan mempertahankan kebenaran. Karena nilai-nilai kebenaran dapat membangun kepercayaan.
Hal ini juga menunjang kepatuhan, termasuk kepatuhan kerja. Sebut saja kepatuhan terhadap keselamatan dan kesehatan kerja (K3) serta kepatuhan pada undang-undang dan regulasi ketenagakerjaan.
#9 Ruang untuk berbagi
Komunikasi yang efektif memerlukan ruang untuk berbagi. Baik berbagi tentang pekerjaan atau hal-hal personal.
Hal ini dapat dilakukan dengan cara berbagi studi kasus tentang kesalahan dan solusinya yang berkaitan dengan pekerjaan kepada semua karyawan.
Pastikan untuk tidak mengkritik atau mempermalukan karyawan yang pernah berbuat salah. Kondisi tersebut menciptakan lingkungan yang nyaman untuk berbagi.
#10 Kebijakan terbuka
Transparansi dalam kebijakan terbuka adalah cara untuk memberi tahu karyawan bahwa perusahaan peduli dengan mereka.
Kondisi ini dapat digunakan oleh pemimpin tim–atau pemimpin tertinggi di perusahaan sekalipun–yang bersedia berbicara setiap saat kepada anggotanya. Karena “pembatas” antara pemimpin dan karyawan membuat Anda sebagai orang yang sulit didekati.
Sebaliknya, jika pemimpin dekat dengan karyawannya, mereka pun lebih dekat dan tahu apa yang Anda lakukan. Proses tersebut dapat membangun kepercayaan di antara keduanya.
#11 Ethical leadership
Ethical leadership merupakan kepemimpinan yang menunjukkan dan mempromosikan perilaku sesuai secara normatif melalui tindakan pribadi dan hubungan antarpribadi.
Kepemimpinan memegang faktor penting dalam dalam membangun kepercayaan. Pasalnya, pemimpin–di berbagai level–yang pertama melakukan dan memelihara praktik kepercayaan.
Ketika pemimpin percaya atau memupuk keamanan psikologis, karyawan memiliki keterlibatan kinerja yang lebih baik di tempat kerja. Hal ini berlaku juga sebaliknya.
Membangun Kepercayaan Membutuhkan Waktu Lama
Emily MacIntyre, Director of People Operations at Catalant Technologies, menyebutkan bahwa pemimpin perlu membangun kepercayaan kepada karyawan.
Percaya bahwa karyawan mampu melaksanakan tanggung jawab terhadap tugas yang telah didelegasikan. Percaya bahwa memberikan otonomi kepada karyawan agar mereka bekerja berdasarkan keterampilan guna mendukung tujuan perusahaan.
Namun, membangun kepercayaan membutuhkan waktu lama. Proses ini pun berkelanjutan serta memerlukan tindakan nyata dari semua pihak.
Langkah di atas dapat diinisiasi oleh tim HR dengan menggandeng pemimpin dan manajemen. Sesuaikan upaya membangun kepercayaan dengan nilai perusahaan agar tercipta keselarasan di lingkungan kerja.
Di sisi lain, Anda dan tim harus lebih jeli dalam dinamika lingkungan kerja. Karena ada hal-hal yang sangat berpengaruh terhadap kepercayaan, yaitu:
- Bias: pemimpin perlu menyadari bias pribadi dalam tim. Jika ia memberikan bantuan yang tidak perlu kepada anggota tim, maka ia akan kehilangan kepercayaan dari karyawan.
- Politik kantor: perusahaan akan kehilangan kepercayaan karyawan jika para pemimpinnya bermain politik kantor.
- Data tidak valid: data yang tidak valid akan meruntuhkan kepercayaan. Data keuangan, kebijakan, dan tujuan tidak terdefinisikan dengan benar, pemimpin tidak mempercayai karyawan dan sebaliknya.
- Perubahan persepsi: jika seorang karyawan merasa dihakimi dan persepsi rekan kerja tentang dirinya berubah karena kerentanan, kemungkinan mereka tidak akan saling percaya.
Penutup
Membangun kepercayaan memerlukan proses yang berkelanjutan. Karena tujuan langkah tersebut adalah menciptakan hasil positif di lingkungan kerja.
Dengan kepercayaan, setiap karyawan dapat mengeksplorasi gagasan dan kepribadian, sehingga mereka merasa nyaman. Mereka juga tidak takut dihakimi. Alhasil karyawan membangun hubungan profesional di lingkungan kerja.
Comment