Sebagai pelaku profesi HR, tentu saja banyak sekali hal yang harus dihadapi dan diurus, mulai dari yang skalanya besar dan membutuhkan pertemuan dengan orang pemerintahan, hingga urusan kecil seperti stationary.
Salah satu masalah yang sering ditemui adalah kurang kompetennya karyawan yang Anda miliki hingga berefek kepada produktivitas dan pertumbuhan perusahaan.
Manajemen mungkin menegur Anda karena hal ini, dan membuat Anda me-review di mana kesalahannya. Berikut adalah hasil pencarian kami tentang penyebab masalah SDM kurang berkualitas di Indonesia.
Tiga Isu Utama Kualitas Tenaga Kerja Indonesia
Presiden Joko Widodo dan Kemenaker telah bersuara mengenai isu ini sejak lama. Terdapat tiga hal yang menjadi isu utama dalam masalah kualitas SDM di Indonesia. Berikut adalah penjelasannya.
Minim Pengalaman Praktikal dari Calon Tenaga Kerja
Selain isu kualitas pendidikan Indonesia yang juga rendah, kualitas pengembangan keterampilan untuk tenaga kerja Indonesia juga masih dinilai kurang. Hal ini berdasarkan fakta bahwa belum tercapainya suplai tenaga kerja yang memadai di berbagai area.
Mengutip media Kontan, laporan Bank Dunia 2008 menunjukkan adanya mismatch pendidikan yang tinggi dengan kebutuhan pasar. Meskipun terdapat lulusan tenaga kerja dari pendidikan yang memadai, tetapi yang memenuhi kualifikasi yang dibutuhkan pasar tidaklah banyak.
Hal tersebut diperkuat oleh pernyataan Direktur Sumber Daya Manusia PT Pertamina dari sisi user, yang menceritakan pengalamannya dalam melakukan talent acquisition.
Beliau berkata, saat Pertamina membutuhkan 66.000 tenaga kerja baru, hanya 22.000 yang berhasil memenuhi syarat dan spesifikasi. Belum lagi pemberian pelatihan dan pengelolaan keterampilannya.
Hal tersebut terjadi karena berbagai faktor, di antaranya kurangnya ketertarikan pada pendidikan vokasi, kurangnya pengalaman dan kesempatan magang, pengalaman kerja berbeda dengan background pendidikan, dan sebagainya.
Oleh sebab itu, pemerintah seharusnya mulai memerhatikan pengembangan dan pelatihan keterampilan calon tenaga kerja sedari dini, dan memberikan fasilitas pendidikan yang sesuai dengan demografi dan kebutuhan pasar.
Selain itu, kualitas pengajar/pendidik juga perlu diperbaiki agar semakin mampu menghasilkan calon tenaga kerja profesional.
Ketidakseimbangan Jumlah Pencari Kerja x Penyebaran Lapangan Kerja
Menyambung isu pertama di atas, ketidakseimbangan penyebaran lapangan kerja dan tenaga kerja juga menjadi isu dalam kualitas tenaga kerja di Indonesia.
Sebagaimana kita tahu, aktivitas ekonomi terlalu berpusat di ibu kota dan kota-kota besar lainnya. Hal tersebut mendorong masyarakat untuk selalu pergi ke kota besar untuk mencoba peruntungan, seringnya tanpa memikirkan latar belakang pendidikan maupun pekerjaan.
Padahal, jika banyak lapangan kerja yang tersebar (tentunya dengan manajemen yang clean dan mampu memberikan kompensasi dan benefit yang kompetitif) dan difasilitasi program pelatihan yang tepat, mungkin satu permasalahan SDM dapat terselesaikan.
Khususnya di provinsi Kalimantan, dimana Kalimantan Timur akan menjadi ibu kota baru bagi Indonesia. Penting bagi pemerintah memberikan perhatian lebih kepada calon tenaga kerja di Kalimantan dan sekitarnya untuk memperbaiki situasi ini.
Teknologi dan Digitalisasi
Sebagaimana dilansir oleh Kemenkeu di acara Human Capital Investment: A New Driving Force of the Economy di Bali, 2018 lalu, Mantan Menteri Ketenagakerjaan Muhammad Hanif Dhakiri mengatakan, dengan adanya kemajuan teknologi, industri mentransformasi dirinya sehingga mengubah karakter pekerjaan.
Oleh karena itu, diperlukan keahlian tertentu yang memerlukan pendidikan dan pelatihan yang sesuai. Dengan kata lain, diperlukan perubahan dalam sistem pendidikan dan pelatihan yang sesuai dengan kebutuhan industri.
Dengan adanya revolusi industri 4.0 yang memadukan teknologi dan otomatisasi, bisa jadi permintaan tenaga kerja menjadi menurun. Atau meningkat tergantung demand dari pasar.
Maka dari itu diperlukan kolaborasi yang baik antara pemerintah yang diwakili kementerian terkait dengan para pelaku industri untuk dapat menyediakan fasilitas demi menyambut perubahan tersebut.
Membekali calon tenaga kerja dengan pengenalan teknologi dan konsep digitalisasi adalah langkah pertama yang bisa diambil.
Namun, langkah tersebut tidak akan berhasil jika standar kompetensi tidak ditingkatkan. Tentunya, langkah ini harus dijalankan secara merata di seluruh Indonesia.
Apa yang Bisa Dilakukan Perusahaan?
Tentu masalah ini besar skalanya dan menjadi tanggung jawab pemerintah. Namun, bukan berarti sebagai pelaku usaha yang akhirnya membutuhkan sekelompok tenaga kerja kita tidak dapat melakukan apa-apa, karena jika dibiarkan saja tentu kita juga yang merugi.
1. Tidak Sembrono dalam Merekrut
Sekali lagi, rekrutmen adalah langkah pertama Anda menyaring orang-orang yang dapat diajak bekerja sama dalam mencapai tujuan organisasi Anda.
Ingat kembali job identification serta kebutuhan perusahaan. Sebagai tips, berikan tes atau asesmen yang sesuai dengan posisi yang dibutuhkan.
Tips lainnya adalah dengan menilai apakah karyawan tersebut kira-kira cocok untuk ditempatkan di bagian lain? Atau, apakah sekiranya dia mampu untuk berkembang dan membentuk pribadi yang mampu engage kepada perusahaan?
2. Dukung Pelatihan dan Pengembangan Karyawan
Jika Anda melihat potensi dalam diri karyawan Anda, jangan pernah ragu untuk menginvestasikan waktu dan uang Anda untuk pengembangannya.
Ajak diskusi mengenai potensinya dan bagaimana perusahaan bisa memfasilitasinya.
Jangan lupa untuk adakan program pelatihan dasar yang (sebaiknya) wajib diikuti seluruh karyawan, agar karyawan memiliki tingkat kemampuan standar sesuai dengan industri yang dilakoni.
Penutup
Tiga isu besar SDM yang berkaitan dengan tenaga kerja memang memberikan dampak kepada pelaku usaha yang menginginkan tenaga kerja yang berkualitas.
Mengutip isi pembicaraan Bpk. Muhammad Hanif Dhakiri, langkah perbaikan tersebut pertama-tama adalah investasi SDM dengan berorientasi pada permintaan, terfokus, bersifat besar-besaran (masif) dan merata hingga ke pelosok Indonesia.
Kedua, pemerintah mengajak kalangan industri untuk bekerjasama dalam memfasilitasi pelajar agar siap kerja. Ketiga, membuat kebijakan yang mereformasi sistem ketenagakerjaan untuk menyeimbangkan permintaan dan penawaran dunia kerja.
Memang masalah tersebut merupakan tanggung jawab pemerintah, tetapi sebagai penyedia lapangan kerja dan kelompok yang membutuhkan tenaga kerja, justru keterlibatan kita juga dinilai penting dalam memperbaiki kualitas tenaga kerja di Indonesia, karena keberhasilan seorang tenaga kerja tidak berakhir di diri orang itu saja, tetapi juga akan memberikan pengaruh baik ke perusahaan.