Para pelaku bisnis serta yang berkecimpung di departemen SDM pasti sudah mendengar mengenai Revolusi Industri 4.0.
Revolusi industri 4.0 adalah kondisi revolusi industri paling terkini dalam sejarah manusia. Gampangnya, revolusi industri keempat adalah era di mana kegiatan operasional akan mulai berkembang menjadi digitalisasi.
Lalu, sebagai perusahaan, khususnya praktisi HR, apa yang perlu disiapkan dalam menyambut era revolusi tersebut? Simak di ulasan berikut!
Asal Munculnya Industri 4.0
Tidak kita sangka, kita telah memasuki era industri ke-4, padahal rasanya kita masih menikmati hasil dari revolusi digitalisasi atau revolusi industri ke-3.
Sebelum kita masuk ke pembahasan era industri ke-4, ada baiknya kita menilik revolusi industri pendahulunya.
Jika kita mengetahui revolusi industri pertama adalah munculnya mekanisasi dalam sejarah umat manusia, revolusi industri kedua adalah saat tenaga listrik dan produksi massal mulai dikembangkan.
Sedangkan revolusi industri ketiga adalah ketika teknologi komputer dan digital mulai mengubah efisiensi kehidupan manusia.
Sebutan revolusi industri keempat pertama kali dibawakan oleh Klaus Schwab, seorang executive chairman Forum Ekonomi Dunia pada tahun 2015.
Forum yang sama kemudian menyelenggarakan pertemuan tahunannya pada 2016 di San Francisco Amerika Serikat dan akhirnya secara resmi mengumumkan revolusi industri ke-4 kepada dunia di sana.
Pengenalan revolusi industri ke-4 tersebut juga didukung oleh Hermann, Pentek, dan Otto dalam bukunya Design Principles for Industrie 4.0 Scenarios tahun 2016 mengatakan, peningkatan integrasi Internet of Everything ke dalam rantai nilai industri telah membangun fondasi bagi revolusi industri berikutnya yang disebut Industri 4.0.
Konsep Revolusi Industri 4.0
Revolusi Industri 4.0 merupakan fenomena yang menyambungkan teknologi cyber dan teknologi otomatisasi.
Konsep penerapannya berpusat pada konsep otomatisasi yang digerakkan oleh teknologi dan jaringan internet tanpa memerlukan tenaga kerja manusia dalam prosesnya.
Meski revolusi industri Ke-4 masih terbilang baru, telah ditemukan pilar-pilar teknologi yang menjadi penggerak revolusi kali ini. Berikut uraiannya.
Pilar yang Menjadi Teknologi Utama Revolusi Industri 4.0
1. Internet of Things (IoT)
Internet of Things yang disingkat IoT, atau menurut Wikipedia Indonesia adalah Internet untuk Segala, merupakan konsep yang bertujuan untuk memperluas manfaat dari konektivitas Internet yang tersambung secara terus-menerus.
Bahan pangan, elektronik, peralatan apa saja yang semuanya tersambung ke jaringan lokal dan global melalui sensor yang tertanam dan selalu aktif bisa menjadi bagian dari IoT ini.
Contoh masa kini adalah penggunaan smart home yang bisa menghubungkan kontrol manusia dengan beberapa peralatan elektronik seperti televisi atau AC melalui sensor dan akses jaringan internet.
2. Big Data
Big Data merupakan istilah untuk mendeskripsikan volume informasi yang besar, baik yang terstruktur maupun informasi tidak terstruktur.
Data yang dimaksud di sini adalah data penggunaan internet, penggunaan media sosial, dsb. yang jumlahnya mencapai miliaran hingga triliunan data.
Data atau informasi tersebut bisa disusun, diolah, dianalisis, dan disimpan. Big Data sudah dimanfaatkan dalam berbagai jenis bisnis serta mampu membantu dalam menentukan arah dalam bisnis.
3. Augmented Reality
Augmented Reality (AR), merupakan teknologi yang mengkolaborasikan benda maya baik dua atau tiga dimensi ke dalam sebuah lingkup nyata tiga dimensi kemudian memproyeksikannya dalam waktu nyata.
Contoh paling gampangnya di kehidupan sehari-hari adalah penggunaan filter pada aplikasi smartphone, seperti Instagram Stories, atau aplikasi kamera cantik Snow.
Dalam bidang bisnis online, penggunaan AR pada produk tertentu dapat membantu pelanggan dalam menilai produk; misalnya toko online merk kosmetik dunia menggunakan AR dalam produk lipstick, sehingga tanpa mencoba sample-nya langsung, pelanggan dapat mengetahui apakah warnanya cocok dengannya atau tidak.
4. Cyber Security
Cyber security adalah aktivitas meningkatkan keamanan informasi untuk mencegah adanya cyber attack atau serangan dunia maya.
Serangan dunia maya merupakan aktivitas disengaja yang menargetkan sistem informasi untuk merusak, mengubah atau mencuri ketersedian informasi, integritas (integrity), dan kerahasiaan (confidentiality).
Khusus di era revolusi industri ke-4 ini tingkat keamanan dunia maya harus sangat diperhatikan dan ditingkatkan sebaik mungkin.
Apalagi jika berkaitan dengan big data dan informasi pribadi pelanggan, negara yang hendak memasuki era ini harus unggul dalam keamanan dunia mayanya.
5. Artificial Intelligence
Merupakan sebuah teknologi komputer atau mesin yang memiliki kecerdasan layaknya manusia. AI dapat diatur sesuai keinginan manusia.
Fungsi utama dari AI adalah kemampuannya untuk mempelajari data yang diterima secara berkesinambungan. Semakin banyak data yang diterima dan dianalisis, semakin baik pula AI dalam membuat prediksi.
Saat ini, teknologi AI juga sudah mulai memasuki ranah HR, yaitu pada proses recruitment management system atau applicant tracking system. Kehadiran HR di bidang rekrutmen sangat membantu perekrut dalam memangkas waktu screening dan penjadwalan wawancara kandidat.
6. Addictive Manufacturing
Additive manufacturing (AM) atau manufaktur aditif adalah teknologi percetakan 3D yang digunakan oleh industri manufaktur. Tidak hanya sebagai printer 3D, namun juga direct digital manufacturing dan rapid prototyping.
Di era yang serba digital ini, design berbentuk digital bisa diwujudkan menjadi produk nyata menggunakan komputer dan software khusus AM. Ukuran dan bentuk yang dihasilkan pun sama, sesuai gambar desain yang dibuat.
Sindo News melansir Industri Additive Manufacturing (AM) di Indonesia menunjukkan perkembangan yang menggembirakan setelah melalui tahap uji coba.
Saat ini, pasar AM di Indonesia mencapai 5% dari total pasar AM di ASEAN. Pelaku usaha dari sektor penghasil barang atau tenaga sebaiknya mempertimbangkan ini dari sekarang.
7. Sistem Integrasi
Sistem integrasi atau integrated system merupakan rangkaian yang menghubungkan beberapa sistem bagi secara fisik maupun fungsional.
Sistem ini akan menggabungkan komponen sub sistem dalam satu sistem yang menjamin setiap fungsi dapat berfungsi sebagai kesatuan dari sebuah sistem.
Karena di masa ini internet dan big data akan menjadi hal besar, tentu saja sistem integrasi akan semakin dipaksa untuk mengakomodir kelancaran kerja dua hal tersebut.
8. Cloud Computing
Cloud Computing (komputasi awan) merupakan teknologi yang menggunakan internet sebagai pusat pengelolaan, penyimpan data dan aplikasi.
Teknologi ini memungkinkan para pengguna memperoleh hak untuk mengakses atau menjalankan program melalui komputer dan jaringan internet tanpa instalasi di dalam perangkat keras.
Cara kerja umumnya, pengguna komputer akan diberikan hak akses (login) agar dapat masuk dan menjelajahi server virtual untuk bisa melakukan konfigurasi melalui jaringan internet.
Seperti halnya Google Drive yang memungkinkan pengguna menyimpan dan mengolah data di luar daripada perangkat fisik, melainkan di dalam server virtual yang membutuhkan kode akses untuk memasukinya.
Dampak Adanya Industri 4.0 Di Indonesia
Membicarakan dampak revolusi industri keempat itu sendiri belum bisa dipastikan 100% kepastiannya, sebab era ini baru saja dimulai.
Namun sejauh ini, sejak sejak teknologi digital mulai memasuki keseharian, inilah dampak yang bisa terlihat pada bidang sosial dan ekonomi.
Dampak Sosial
Dampak era revolusi industri 4.0 dianggap sangat signifikan terhadap bidang sosial. Sebab, jika pada era ini seluruh proses produksi akan menggunakan mesin berteknologi canggih, maka peran tenaga kerja manusia bisa menimbulkan pertanyaan baru.
Ketersediaan lapangan kerja di waktu mendatang akan menjadi tantangan yang harus dihadapi. Begitu juga dengan sistem pendidikan, yang kini mulai memasuki digitalisasi dalam proses ajar-mengajar.
Meski begitu, kemungkinan adanya profesi baru dan lapangan kerja baru juga sangatlah besar.
Dampak pada Bidang Ekonomi
Melanjutkan dampak sosial di atas, era revolusi industri 4.0 yang jika dilakukan secara besar-besaran akan berimbas kepada meningkatnya angka pengangguran sehingga bisa berimbas pada perekonomian negara.
Sisi lainnya, dibutuhkan juga modal besar untuk berinvestasi pada teknologi digital untuk menunjang bisnis perusahaan.
Selain itu, penggunaan teknologi baru akan menyebabkan kerugian pada investasi teknologi yang telah digunakan sebelumnya, yang mungkin akan berujung tidak dipakai.
Nampun, jika investasi teknologi tersebut digunakan dengan baik, dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas sebuah organisasi.
Dampak Sosial
- Tenaga kerja mulai tergantikan teknologi digital, menciptakan kemungkinan terjadinya pengangguran.
- Manusia semakin bergantung kepada teknologi digital sehingga bisa menciptakan jarak antara interaksi dengan sesama manusia.
Dampak Ekonomi
- Tingkat pengangguran tinggi memengaruhi pertumbuhan ekonomi negara.
- Pelaksanaan revolusi industri 4.0 yang berhasil dikatakan akan memberikan dampak bagus juga terhadap perekonomian negara.
Bagaimana Human Resource Menanggapi Revolusi Industri 4.0?
Kehadiran teknologi digital yang semakin canggih akan memaksa pelaku usaha untuk beradaptasi.
Ya, bisa dipastikan, jika revolusi industri 4.0 tetap berlangsung dan membawa perubahan baik ke dalam aspek kehidupan, maka semua orang harus terbiasa hidup dengan teknologi, termasuk juga penggunaan jaringan data.
Tidak hanya itu, kebutuhan tenaga kerja adalah salah satu faktor yang akan mengalami perubahan dengan hadirnya revolusi industri keempat ini.
Tenaga kerja mungkin tidak akan menghilang, tetapi profesi baru sangat mungkin untuk muncul dan membanjiri pasar. Keahlian baru mungkin akan jadi permintaan tinggi di berbagai sektor.
Di sinilah HR diharapkan mampu melihat peluang lebih jauh lagi. Mari simak persiapan apa yang bisa dilakukan oleh praktisi HR dalam menyambut era industri 4.0.
1. Identifikasi Skill yang Akan Diperlukan
Mulailah melihat ke sekeliling Anda. Digitalisasi, pengembangan software, semua akan membutuhkan skill atau keterampilan baru, khususnya di bidang IT/teknologi.
Bagaimana di perusahaan Anda? Coba mulai dari mengidentifikasikan kebutuhan perusahaan Anda terlebih dahulu.
Sebagai contoh, pekerjaan yang bersifat repetitif lebih memungkinkan transformasi digital.
2. Up to date dengan Perkembangan Teknologi Digital
Departemen HR semakin hari semakin dianggap sebagai business partner perusahaan. Artinya, HRD juga harus buka mata lebar-lebar terhadap transformasi digital, apalagi yang berpengaruh dengan laju bisnis perusahaan.
Sebagai contoh, beberapa tahun terakhir booming software HRIS yang dapat mengotomatisasi beberapa pekerjaan administrasi HR. Ada juga ATS (Applicant Tracking System) dan RMS (Recruitment Management System) yang merupakan kecerdasan buatan yang dapat membantu proses rekrutmen jadi lebih cepat dan efisien.
Tahun berikutnya, siapa tahu ada transofrmasi digital lainnya?
3. Persiapan Mental Terhadap Perubahan
Lebih dari dua poin di atas, divisi HR baiknya siap secara mental dalam menghadapi perubahan teknologi digital. Sejatinya, kesiapan mental akan diperlukan oleh seluruh lapisan tenaga kerja.
Di masa depan, mungkin tenaga manusia akan semakin bersaing dengan tenaga digital dan jaringan. Perubahan digital melebihi apa yang sudah kita temui belakangan ini mungkin akan semakin menjadi-jadi.
Maka dari itu, dibutuhkan pemikiran yang siap menerima tantangan digital, dimulai dari saat ini.
Era industri 4.0 Di Tengah Situasi Pandemik
Covid-19 telah menyadarkan kita, para pelaku industri, bahwa kita tidak bisa bergantung selamanya kepada tenaga manusia sehingga pilihan untuk memanfaatkan teknologi digital dalam keseharian akhirnya mendesak muncul.
Pelaku industri teknologi melihat situasi ini sebagai kesempatan untuk mengembangkan potensi teknologi digital semakin masuk ke dalam keseharian manusia.
Pelaku usaha mengakali kegiatan usahanya agar tetap berjalan melalui toko online, mulai dari membangun situs website hingga aplikasi sederhana di software smartphone.
Praktisi HR menggantungkan pekerjaannya dalam mengayomi karyawan melalui fitur-fitur software HRIS yang dipakai, mulai dari manajemen kehadiran, performance appraisal selama pandemi, pengaturan jadwal shift, dsb.
Tanpa disadari, revolusi industri ke-4 kian hari semakin terasa keberadaannya di sekitar kita, dan semakin sering pula kita rasakan manfaatnya.
Penutup
Demikianlah ulasan singkat dan sederhana revolusi industri 4.0. Tidak dapat dipungkiri, saat ini kita semua sudah mulai memasuki era industri 4.0 dimana penggunaan teknologi digital semakin terasa di dalam kehidupan sehari-hari.
Perubahan tersebut diprediksi akan semakin terasa di masa mendatang, karena saat ini di seluruh dunia sedang dilanda pandemik, sehingga para ilmuwan dan pakar teknologi sedang berlomba menciptakan inovasi yang dapat membantu manusia melakukan aktivitas optimal tanpa harus menerapkan berhadapan secara langsung.
Dampak dari hadirnya transformasi digital ini belum bisa dipastikan sekarang. Apakah benar akan terjadi dampak sosial dan ekonomi seperti contoh di atas, belum ada contoh nyatanya saat ini. Tetapi, layaknya revolusi industri sebelumnya, revolusi industri keempat ini patut untuk diterima dengan optimis.