Budaya organisasi berpengaruh terhadap kesuksesan perusahaan.
Kata perusahaan tersebut tak hanya mengacu pada perusahaan besar, tetapi juga usaha kecil menengah hingga lembaga nirlaba.
Biasanya, mereka yang memiliki budaya organisasi kuat cenderung mudah mempraktikkan nilai-nilai organisasi. Mereka juga tahu hal-hal yang harus dilakukan dan mengapa melakukannya.
Alhasil, budaya organisasi sukses dalam proses rekrutmen, retensi karyawan, hingga employee engagement. Bahkan perusahaan mampu menarik kandidat terbaik untuk bergabung ke perusahaan Anda.
4 Tipe Budaya Organisasi
Budaya organisasi merupakan cara mendefinisikan nilai, tujuan, dan interaksi di lingkungan kerja dari suatu kelompok kerja.
Kehadiran budaya organisasi sangat penting di sebuah kelompok kerja. Pasalnya, budaya menentukan bagaimana semua anggota organisasi melakukan pekerjaan serta mencapai tujuan.
Di sisi lain, budaya organisasi bukan hal statis. Ia akan terus berkembang dari waktu ke waktu.
Namun hal itu tak lepas dari tipe budaya organisasi. Tipe tersebut berdampak pada karyawan yang ingin dipertahankan dan kandidat yang ingin direkrut.
#1 Adhocracy culture
Adhocracy culture merupakan budaya organisasi yang bersifat fleksibel dan tidak terhambat oleh prosedur serta kebijakan birokrasi.
Organisasi berbudaya adhocracy menekankan pada pada inovasi, peningkatan yang konstan, langkahnya bisa sangat cepat, dan menghargai nilai-nilai individu.
Sebagian besar perusahaan rintisan dan teknologi seperti Apple, Google, dan Facebook didorong oleh adhocracy culture. Karena budaya ini memberi mereka kebebasan untuk berinovasi.
Hal itu sangat penting untuk perusahaan dengan lingkungan yang terus berubah dan sangat kompetitif.
Kelebihan
Adhocracy culture berkontribusi pada keuntungan dan kepopuleran perusahaan. Karyawan didorong untuk menggunakan kreativitas dan ide-ide baru mereka, termotivasi untuk memecahkan masalah, serta berpeluang mengembangkan karier profesional.
Kekurangan
Ketika perusahaan rintisan menjadi raksasa teknologi, budaya ini menjadi kurang layak di seluruh organisasi. Mengingat ada beberapa fungsi atau unit bisnis yang bergerak lebih lambat dan berdampak baik bagi organisasi, misalnya dalam hal etika dan kepatuhan.
Oleh karena itu, adhocracy culture dapat diturunkan ke unit tertentu untuk memastikan organisasi tetap inovatif dan kompetitif di pasar.
Cara mengembangkan
Mengembangkan adhocracy bukan hal mudah, tetapi hal itu tergantung industri Anda. Ada perusahaan mengembangkan budaya ini dan mencakup strategi bisnis berisiko tinggi, ada pula yang tidak.
Upaya mengembangkan budaya adhocracy berupa menerapkan brainstorming, berbagi ide yang dapat membantu mendorong kinerja, mengajak anggota tim untuk berpikir sekaligus mengeksekusi pekerjaan out-of-the-box.
#2 Clan culture
Pada umumnya, clan culture terjadi di bisnis kecil dan perusahaan keluarga yang tidak bersifat hierarkis dan memprioritaskan karyawan semua level.
Budaya ini bertujuan untuk bekerja secara kolaboratif dalam tim dengan memastikan semua karyawan merasa setara. Misalnya, karyawan merasa nyaman memberikan umpan balik yang jujur dan terbuka.
Kelebihan
Clan culture membanggakan keterlibatan karyawan yang tinggi dan lanskap bisnis mudah beradaptasi. Salah satu tolok ukurnya adalah karyawan yang bahagia akan menghasilkan pelanggan yang bahagia. Hasilnya, ada kemungkinan bisnis akan maju.
Kekurangan
Terkadang, perusahaan yang mengadopsi clan culture kesulitan mempertahankan bisnis seiring pertumbuhannya. Terlebih jika ada struktur kepemimpinan horizontal dan operasional bisnis harian berantakan.
Cara mengembangkan
Untuk menumbuhkan clan culture, langkah pertama adalah fokus kepada karyawan. Anda dapat berkomunikasi secara intensif dan memberitahu tim bahwa Anda terbuka untuk umpan balik.
Anda harus mencari tahu hal-hal yang mereka hargai, sesuatu yang mereka ingin ubah, hingga ide yang mereka miliki untuk membantu mendorong perusahaan lebih jauh. Langkah kedua yaitu pertimbangkan ide-ide mereka dan mewujudkan dalam tindakan.
#3 Hierarchy culture
Hierarchy culture ialah budaya perusahaan yang lazim di Amerika Serikat. Budaya ini ditentukan oleh struktur, prosedur, dan tingkat otoritas.
Hierarchy culture mendefinisikan tugas dengan jelas serta menyederhanakan operasional perusahaan. Biasanya, perusahaan keuangan, asuransi kesehatan, minyak dan gas, hingga industri layanan pelanggan mengadaptasi hierarchy culture.
Di sisi perusahaan, hierarchy culture memungkinkan manajemen mengelola risiko dengan lebih baik, stabil, dan efisien secara operasional. Di sisi karyawan, mereka tahu persis di mana mereka berada, siapa yang bertanggung jawab kepada mereka, kepada siapa mereka melapor, dan apa aturannya.
Kelebihan
Budaya hierarki memiliki arah yang jelas. Ada proses yang terdefinisi dengan baik dan memenuhi tujuan utama organisasi.
Kekurangan
Budaya hierarki bersifat kaku, sehingga menghalangi karyawan untuk inovatif, responsif, dan gesit terhadap perubahan mendadak di pasar maupun industri mereka. Budaya ini tidak selalu mendorong umpan balik karyawan.
Cara mengembangkan
Jangan memberikan celah pada rantai komando, karena hal itu membuat tim berjalan timpang.
Pastikan setiap tim dan divisi untuk memiliki tujuan jangka panjang dan pendek yang jelas. Dan, sangat penting untuk fokus pada operasional sehari-hari serta jangan mengubah segalanya dalam waktu dekat.
#4 Market culture
Market culture adalah budaya memprioritaskan keuntungan. Budaya ini berorientasi terhadap hasil atau berfokus pada kesuksesan eksternal daripada kepuasan internal.
Perusahaan dengan market culture aka mengevaluasi semua hal dan menekankan pentingnya memenuhi kuota, mencapai target, dan mendapatkan hasil. Contohnya, Tesla, Amazon, dan General Electric.
Kelebihan
Perusahaan dengan market culture akan fokus untuk mencapai keuntungan dan kesuksesan. Kelebihan lain adalah umur bisnis bisa panjang.
Kekurangan
Karyawan sulit terlibat dalam beberapa hal, seperti keputusan, proyek, dan posisi yang berhubungan langsung terhadap pekerjaan mereka. Ada pula risiko karyawan burnout di lingkungan kerja yang serba cepat.
Cara mengembangkan
Perusahaan akan menuntut karyawannya untuk lebih kreatif dan membawa produk (atau jasa) baru atau yang lebih baik ke pasar sebelum pesaing mereka memilikinya.
Bahkan ketika perusahaan adalah pemain utama di industrinya, mereka tetap ingin bersaing dan mengalahkan rivalnya. Untuk menghindari burnout, sebaiknya, Anda memberi penghargaan kepada karyawan terbaik untuk menginspirasi rekan kerjanya.
Budaya organisasi lainnya
Selain budaya organisasi di atas, terdapat tipe lain berdasarkan Groysberg, Lee, Price, and Cheng yang dipublikasikan di Harvard Business Review (2018).
Tipe budaya organisasi lainnya adalah:
- Purpose culture
- Learning organizational culture
- Enjoyment organizational culture
- Results organizational culture
- Authority organizational culture
- Safety organizational culture
- Order organizational culture
- Caring organization culture
Peran HR Dalam Membentuk Budaya Organisasi
Pemimpin merupakan seseorang yang berperan penting dalam membentuk sekaligus mengimplementasikan budaya organisasi. Apa pun yang ia lakukan akan diikuti oleh karyawan lain.
Meski demikian tim HR juga berperan membentuk budaya organisasi serta mempengaruhi kepemimpinan. Hal itu diperkuat oleh Gallup, yakni tim HR berperan mengajarkan dan memperlengkapi para pemimpin semua tingkat untuk menerapkan nilai-nilai budaya organisasi.
Selanjutnya, mereka mencontohkan budaya tersebut dalam pekerjaan. Untuk penjelasan lebih lanjut, cek di bawah ini:
Membangun komunikasi
Tim HR wajib membangun komunikasi berkala, persuasif, dan suportif. Karena cara ini meningkatkan budaya organisasi.
Komunikasi tim HR dan karyawan dapat terjadi ketika perusahaan ingin menyelenggarakan acara tahunan, misalnya.
Tim HR mengirimkan email atau bertanya langsung dan menjelaskan latar belakang dan memberikan contoh spesifik, lalu meminta ide acara kepada karyawan. Hal itu membantu interaksi antara karyawan, timnya, dan tim HR.
Memberikan umpan balik
Sudah seharusnya tim HR selalu mendengarkan tantangan dan keberhasilan karyawan. Dari hal itu, tim HR memberikan umpan balik kepada yang bersangkutan atau memberitahukan kepada tim leader, jika ia yang menjadi “batu sandungan”.
Di sisi lain, tim HR dan perusahaan perlu memiliki umpan balik dari karyawan, misal melalui survei, diskusi, dan one-on-one interview. Dari hasil umpan balik tersebut, tim mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk menyelaraskan budaya organisasi dan kebutuhan karyawan.
Menciptakan ruang aman
Tim HR berperan dalam menciptakan ruang aman bagi seluruh karyawan.
Anda dapat mendorong karyawan untuk menyampaikan pendapat atau keluhan anonim dan dengarkan mereka. Untuk masalah sensitif, tim memenuhi one-on-one meeting sehingga karyawan dapat berbicara secara lugas dan terbuka.
Menjadi agen perubahan
Tim HR bukan sekadar pengurus administrasi karyawan. Anda juga menjadi agen perubahan di organisasi, mengingat perubahan adalah hal yang konstan.
Selama transformasi digital atau perubahan budaya organisasi, tim diharapkan menilai prosesnya. Tujuannya, menentukan proses mana yang dapat disederhanakan atau diotomatisasi untuk meningkatkan efisiensi dan pengalaman karyawan.
Menyelaraskan nilai perusahaan
Kadang kala, nilai perusahaan tidak selaras dengan karyawan. Sebagai benteng pertahanan, tim HR bertanggung jawab menyelaraskan budaya organisasi kepada semua karyawan, termasuk karyawan baru.
Diharapkan karyawan baru memiliki semangat bekerja dan bekerja dengan menjalankan nilai-nilai perusahaan.
Memastikan budaya organisasi sesuai regulasi
Tim HR wajib memastikan bahwa budaya organisasi mendukung dan mencerminkan regulasi.
Maka tim juga harus mengawasi penerapan budaya organisasi terhadap undang-undang ketenagakerjaan dan peraturan pemerintah. Hal ini memberikan stabilitas dan keamanan bagi karyawan.
Penutup
Budaya organisasi berdampak signifikan terhadap perusahaan. Sebut saja cara perusahaan memperlakukan karyawan, menjalankan bisnis, memenuhi tujuan atau target, hingga berinteraksi dengan pelanggan.
Dan, peran tim HR adalah memahami inisiatif yang akan diterapkan bermanfaat bagi organisasi serta selaras dengan budaya organisasi.
Comment