Talent management tak sekadar mengembangkan dan mempertahankan karyawan berprestasi. Meskipun cakupan talent management lebih dari itu.
Berdasarkan definisi, talent management adalah serangkaian proses SDM organisasi terpadu yang dirancang untuk mengembangkan, memotivasi, dan mempertahankan keproduktifan karyawan yang terlibat.
Proses juga mencakup memperhatikan kesejahteraan, memberikan kemajuan karier, hingga menyediakan program learning and development karyawan. Serangkaian upaya itu bermuara satu tujuan, yakni mendorong keberhasilan organisasi.
Memang, hal tersebut adalah tugas tim HR. Namun sejak pandemi, iklim organisasi dan lanskap bisnis berubah. Talent management pun menghadapi beragam tantangan dalam era new normal ini.
Talent Management Adopsi Teknologi Terkini
Talent management merupakan serangkaian proses menarik, mengidentifikasi, mengembangkan, melibatkan, mempertahankan, hingga menempatkan individu berpotensi tinggi di organisasi.
Untuk mendukung proses tersebut, tim HR membutuhkan teknologi terkini untuk menciptakan tenaga kerja tangguh dan terampil.
Mengadopsi teknologi bukan hal baru bagi tim HR. Karena teknologi telah menjadi bagian dalam setiap aspek kehidupan.
Menurut Unleash, teknologi bidang HR telah bergerak melalui tiga tahap pengembangan, yaitu:
Pertama, bagian sumber daya manusia (SDM) terlihat tidak lebih dari sekadar staf kepatuhan.
Kedua, tim SDM atau HR dapat memengaruhi proses, mengukur efisiensi, serta keterlibatan karyawan setelah penetrasi internet.
Ketiga, tim HR akan memberikan pengalaman kepada karyawan berupa tool yang transparan, personal, dan kognitif.
Janice Burns selaku Chief People Officer di Degreed menjelaskan bahwa HR membutuhkan sistem dan insight. Dengan hal itu, mereka akan mengkonsolidasi talent, keterampilan, dan pengalaman ke dalam satu sistem yang bisa diakses oleh tim HR dan pengambil keputusan.
Gareth New dari Huboo pun berpendapat demikian. Ia menyarankan penggunaan applicant tracking system (ATS) berbasis teknologi untuk kebutuhan talent management. ATS yang baik dapat melacak, merencanakan, sekaligus memasukkan kandidat dalam talent mapping.
Namun ia menyarankan bahwa talent management juga membutuhkan interaksi manusia. Interaksi bisa berupa umpan balik yang membangun dan berharga bagi karyawan serta memiliki hubungan yang baik antar rekan kerja maupun tim.
7 Tantangan Talent Management
Kemunculan tren tenaga kerja dan pandemi COVID-19 telah mengubah dunia kerja. Tak heran, jika lingkungan kerja berubah lebih cepat, lebih terkoneksi, dan lebih terdorong oleh teknologi.
Kondisi itu ikut memengaruhi talent management. Tim HR yang menangani talent management pun menghadapi tantangannya, yakni:
#1 Bisnis berubah cepat
Dunia bisnis berubah semakin cepat, terlebih setelah kehadiran pandemi. Perubahan bisnis meliputi sistem kerja, alat kerja, keterampilan (soft dan hard skill), kompetensi, hingga proyek baru untuk menangkap peluang baru.
Hal itu juga mendorong manajemen dan tim HR untuk mengidentifikasi tenaga kerja dan keterampilan yang dibutuhkan di masa depan. Mereka juga dituntut agar bisa mengakses kandidat tersebut secepatnya.
#2 Perubahan sistem kerja
Harus diakui bahwa perubahan sistem kerja adalah tantangan bagi tim talent management. Awal pandemi, Anda kesulitan mengelola karyawan yang bekerja dari rumah atau hibrida.
Kini, banyak perusahaan yang menetapkan kedua sistem kerja tersebut sebagai budaya perusahaan. Mereka memberikan fleksibilitas kepada karyawan untuk bisa bekerja dari mana saja. Namun perusahaan juga memiliki waktu untuk mempertemukan antar karyawan.
#3 Kesempatan untuk tumbuh
Tantangan talent management berikutnya adalah menawarkan kesempatan dan intervensi terhadap pertumbuhan karyawan. Karena karyawan pun ingin memiliki kendali terhadap karier mereka.
Dengan campur tangan perusahaan, karyawan memiliki karier yang terarah sesuai aspirasi dan minat mereka. Bila tak, mereka akan mencari kesempatan di tempat lain.
#4 Pilihan karier
Masih berhubungan dengan tantangan karier karyawan. Kemudahan mengakses informasi dan platform belajar daring membuat mereka memperkaya ilmu dan ingin beralih pekerjaan.
Karyawan tak ragu untuk berganti peran. Jika perusahaan merespon kondisi itu, bukan tak mungkin analis keuangan –yang menyadari bahwa dirinya tertarik dan mampu dalam bidang pemasaran– berpindah peran menjadi tim marketing.
#5 Pembelajaran berkelanjutan
Proses belajar tak hanya terjadi ketika karyawan mengikuti program training. Pembelajaran dapat dilakukan di mana dan kapan saja.
Maka tantangan perusahaan adalah memiliki format belajar berkelanjutan, seperti microlearning. Ini adalah mendorong karyawan menjadi guru bagi diri sendiri dan menularkan ilmunya ke rekan kerja dalam waktu singkat dengan bantuan tool digital.
#6 Angkatan kerja terkini
Angkatan kerja saat ini telah menjadi tantangan tersendiri.
Kini, suatu organisasi dihuni oleh baby boomer, gen y, milenial, dan gen z. Tak jarang pertemuan antar generasi ini membuat benturan di organisasi. Misalnya, perbedaan cara kerja.
Laurie Padua, Managing Director of Talent Advisory AMS, menuturkan talent management di 2022 harus gesit.
Karena salah satu tugasnya adalah menciptakan lingkungan kerja menarik dan positif untuk para karyawan sekaligus kandidat potensial. Tim HR dapat memberikan tool untuk menyederhanakan cara kerja, sehingga membantu kinerja manajer dan anggota timnya.
#7 Perkembangan teknologi
Perkembangan teknologi seperti dua mata pedang. Di satu sisi, hal ini memberikan keuntungan, tetapi sisi lainnya memberikan tantangan cukup besar.
Menurut survei PRinHR, tim HR tetap waspada terhadap masa depan teknologi SDM.
Survei terhadap 200 manajer HR di Inggris mengungkapkan sebesar 52 persen setuju bahwa tantangan mereka adalah memahami teknologi baru akan berdampak pada karyawan dan desain organisasi.
Sebanyak 22 persen manajer HR juga khawatir tentang pembuatan roadmap teknologi yang jelas dapat mendukung integrasi teknologi baru. Karena usaha tersebut menuntut kepiawaian mengelola data dan kemampuan analisis. Meski dalam kenyataannya tak sedikit organisasi yang kekurangan data serta skill gap.
Tuntutan Menjadi “Full Stack” HR
Di organisasi, HR tak hanya menangani administrasi untuk menegakkan kepatuhan dan rekrutmen.
Namun HR juga mengelola karyawan, pakar learning and development, pendamping karyawan, penengah konflik, konsultan organisasi, hingga sumber info antara perusahaan dan karyawan.
Di perusahaan besar, biasanya, tim HR terdiri dari beberapa staf yang menjalankan satu atau dua peran. Jika Anda adalah satu-satunya HR di tempat kerja, maka mau tak mau Anda harus menjadi full stack HR.
Tuntutan menjadi full stack HR pun dapat digunakan untuk merespon talent management, yaitu:
- Mengelola pengalaman kerja para karyawan di mana pun lokasi kerja mereka.
- Mengelola talenta internal untuk kebutuhan organisasi secara efektif
- Memproyeksikan keterampilan yang akan dibutuhkan dalam beberapa tahun ke depan.
- Merencanakan reskilling agar organisasi memiliki keterampilan yang dibutuhkan.
- Memiliki sistem untuk mengidentifikasi dan memindahkan talenta internal ke peran baru.
- Menggunakan data berbasis bukti untuk membangun transparansi dalam bekerja.
- Berkolaborasi dengan manajemen untuk menciptakan kebijakan kerja yang progresif dan fleksibel untuk menarik kandidat sekaligus mempertahankan karyawan.
- Bekerja sama dengan divisi atau departemen lain untuk mendukung tujuan organisasi dan kepatuhan.
Penutup
Talent management merupakan kebutuhan yang perlu Anda tindak lanjuti. Karena proses ini menciptakan tenaga kerja yang terampil.
Namun manajemen dan tim HR juga perlu membuat kebijakan untuk mendukung perkembangan karyawan, sehingga mereka berkinerja lebih baik. Hal itu membantu pertumbuhan dan kepercayaan karyawan terhadap organisasi. Selanjutnya, tim dapat mengadopsi rekrutmen internal untuk mengisi kekosongan peran kunci dan skill gap.
Comment