Sebagai pelaku bisnis, tentu kita ingin memiliki tenaga kerja dengan keterampilan yang mampu menjawab tantangan masa kini.
Metode upskilling menjadi populer beberapa tahun belakang karena dinilai mampu menjawab harapan tersebut. Laporan The Future of Job Report dari World Economic Forum 2018 mengatakan, setidaknya 54% dari seluruh karyawan akan membutuhkan proses reskilling dan upskilling yang signifikan pada 2022 ini.
Kali ini, mari kita fokus ke upskilling dulu.
Kenapa upskilling dinilai penting? Apa saja manfaatnya, dan seperti apa contohnya? Simak di artikel berikut!
Contents
Apa Itu Upskilling?
Firma manajemen konsultan McKinsey & Company pernah mengestimasikan pada 2030 akan terdapat 375 juta pekerja di seluruh dunia yang akan berganti pekerjaan atau mempelajari skill baru akibat artificial intelligence (AI) dan automasi.
Belum lagi pandemi global menjadi pelatuk terakhir yang membuat banyak perusahaan mulai beramai-ramai menggunakan teknologi dan akhirnya menyadari bahwa ada gap dari keterampilan yang yang sudah ada dengan yang akan dibutuhkan di waktu mendatang.
Kita disadari bahwa manusia dipacu untuk mengejar perkembangan teknologi. Perkembangan pasar. Perkembangan bisnis.
Jadi wajar saja kalau meningkatkan kemampuan individu menjadi pilihan utama dalam hal ini.
Upskilling adalah salah satu dari tren people development. Upskilling adalah metode meningkatkan kapasitas keterampilan seseorang untuk mengisi kebutuhan pekerjaan saat ini atau di masa depan.
Upskilling menjadi pertimbangan praktisi HR dan manajemen, karena ketika transformasi digital semakin marak dan pandemi memaksa bisnis untuk step up the game, mereka butuh tenaga kerja yang mampu mendukung strategi bisnis.
Selain upskilling, dikenal juga reskilling. Reskilling adalah metode pengembangan karyawan dengan cara melatih karyawan kemampuan baru untuk mengerjakan pekerjaan yang berbeda.
Manfaat Upskilling Bagi Perusahaan
Perkembangan teknologi akan menimbulkan gap keterampilan. Kenapa gap keterampilan dinilai penting? Karena ketimpangan keterampilan bisa berdampak buruk pada bisnis, contohnya:
- Sulit berinovasi dengan efektif
- Adanya dampak buruk pada standar kualitas dan kepuasan pelanggan
- Tidak mampu mengejar market opportunity
- Tidak mampu mewujudkan strategi bisnis yang penting
Selama perusahaan masih menganggap remeh hal ini, bukan tak mungkin organisasi akan stuck di titik yang sama alias sulit berkembang.
Tapi merekrut orang baru memakan banyak biaya dan waktu! Perusahaan bahkan tidak bisa menjamin rekrutan baru bisa cukup loyal dan berdedikasi untuk tidak resign dalam waktu singkat.
Apakah upskilling bisa jadi jawaban? Sebelumnya, mari kita lihat apa saja manfaat upskilling yang bisa dirasakan oleh perusahaan:
1. Memperbaiki tingkat retensi
82% karyawan memilih resign jika mereka tidak melihat adanya kemajuan bagi karier atau potensi mereka. Dengan kata lain, tidak berkembang.
Dengan memberikan pilihan untuk upskilling, artinya perusahaan memperlihatkan kepedulian terhadap pengembangan karyawan, yang mana akan sangat mereka hargai dan membuat mereka bertahan di satu perusahaan.
Adanya prospek untuk megembangkan potensi diri pastinya akan meningkatkan motivasi kerja karyawan yang ujungnya berhubungan dengan employee engagement, employee experience, hingga keuntungan perusahaan.
2. Meningkatkan kepuasan pelanggan
Bayangkan hal ini: Anda ingin selalu bisa memberikan inovasi dan dukungan untuk pelanggan Anda, tapi tidak memiliki karyawan dan tim yang mumpuni untuk melakukannya.
Bisa jadi pelanggan Anda akan ‘bye-bye’ dan mencari produk lain.
Sekarang, bayangkan karyawan dan tim Anda memiliki keterampilan cukup untuk bisa menjawab ekspektasi pelanggan serta menyelesaikan masalah yang timbul. Produktivitas jelas akan naik, keuntungan jalan, dan pelanggan pun semakin loyal terhadap produk Anda.
3. Menarik kandidat
Saat Anda sudah berhasil memberdayakan karyawan Anda dengan kebutuhan skill hingga karier mereka, tidak sulit untuk membentuk branding perusahaan yang baik.
Perusahaan yang berhasil mengembangkan strategi dan program pengembangan karyawan seperti upskilling pastinya lebih dilirik oleh kandidat.
Ardine Williams, Vice President Pengembangan Tenaga Kerja di Amazon mengatakan bahwa menawarkan program upskilling sebagai salah satu bentuk benefit sangat membantu ia dalam menarik kandidat kuat dalam proses talent acquisition.
Bagaimana Membentuk Program Upskilling?
Sayangnya, upskilling tidak memberikan hasil dalam semalam adalah fakta. Well, kita tidak benar-benar bicara satu malam.
Ruchika Sharma, Lead—Learning Technology di Amazon Web Services, memperkirakan upskilling bisa memakan waktu enam hingga sembilan bulan, dimulai dari pengumpulan data hingga reviu efektivitas.
Kita bisa katakan inisiatif ini sangat menguji keyakinan dan kesabaran. Meski begitu, baik upskilling, reskilling, atau program people development lainnya tetap layak dicoba.
Inilah 6 langkah yang bisa diikuti untuk mengelola program upskilling:
1. Identifikasi dan Analisis
Sebelum memilih program upskilling yang ingin diterapkan, pastinya Anda harus melakukan identifikasi: apa yang Anda butuhkan sekarang dan di masa depan (minimal lima tahun berikutnya)?
Setelah itu, analisis kesenjangan skill apa yang paling bisa berpengaruh terhadap pertumbuhan karyawan dan perusahaan.
Jika waktu dan resources terbatas, Anda bisa mulai dari mereka yang dikategorikan sebagai talent. Bisa juga mulai dari manajer lini dan pemimpin di lapangan. Pilih mana yang paling bisa memberikan efektivitas.
2. Tentukan tujuan program upskilling
Seperti halnya membentuk sebuah program atau inisiatif, organisasi juga harus menentukan apa tujuan dari program ini. Nah, bagaimana menentukannya?
Sayangnya, program pengembangan yang melibatkan karier karyawan tidak bisa hanya ditentukan sepihak oleh perusahaan saja. Organisasi juga harus menyamakan tujuan bisnis dengan tujuan karyawan.
Upskilling dan program pelatihan lainnya memakan waktu kedua pihak, dan tentu kita sama-sama mengharapkan keuntungan dari sana. Jadi agar manfaatnya terasa maksimal, penting sekali untuk menyamakan tujuan bisnis dan karyawan.
3. Mendorong Karyawan untuk Memikirkan Karier Mereka
Sebuah hal menarik dilakukan oleh Cengage Group, perusahaan yang memiliki 4.000 karyawan di seluruh dunia.
Dalam melakukan upskilling untuk para karyawan, jajaran pemimpin mereka saling menghubungkan dan menentukan program pengembangan apa yang cocok untuk karyawan mereka.
Tapi itu semua tidak akan berjalan tanpa inisiatif dan gerakan dari karyawan itu sendiri.
Mereka pun melatih manajer untuk bisa membahas jenjang karier dengan karyawan mereka, dan karyawan sangat didukung untuk membuat proyek sendiri atau mengikuti program upskilling yang disediakan HR.
4. Sediakan jalurnya
Jangan berhenti di analisis dan pelaksanaan program. Bahkan setelah evaluasi, Anda harus tetap bisa mengarahkan karyawan dan para leaders untuk menggunakan upgraded skills mereka demi pertumbuhan diri dan organisasi.
Karyawan dan leaders harus aktif mengambil proyek baru yang berkaitan dengan skill mereka. Jika bisa dikoneksikan dengan jalur karier bahkan lebih bagus lagi.
Jangan selesai ketika pelatihan selesai dan membiarkan karyawan menerka-nerka apa yang harus mereka lakukan berikutnya, jika Anda tidak mau mereka dibajak oleh kompetitor yang terlanjur melihat upgraded version karyawan Anda.
5. Pemilihan program dan penyedia
Anda sudah identifikasi dan analisis kebutuhan dan tujuan, hingga memberikan awareness kepada karyawan untuk memprioritaskan hal ini. Apa selanjutnya?
Betul, pemilihan program upskilling apa yang bisa Anda terapkan di organisasi?
Jenis program ini sangat beragam. Dan di zaman serba jarak jauh ini, pembelajaran dan pelatihan semakin mudah dijalani. Kita akan bahas program apa saja yang bisa dicoba di bawah ini, ya!
6. Monitor dan evaluasi
Pengawasan terhadap jalannya program penting untuk mengantisipasi kesalahan dan kegagalan di awal. Sedangkan evaluasi penting untuk mengetahui apa yang baik dan buruk dalam program Anda.
Jika Anda menggunakan jasa penyedia pelatihan, tidak ada salahnya untuk selalu minta diinformasikan progress-nya. Jika Anda melakukannya sendiri, maka tentukan waktu rutin untuk memonitor kemajuan dan melakukan evaluasi.
Contoh Program Upskilling yang Cocok Dilakukan Di 2022
Program-program ini bisa Anda jadikan referensi dalam memilih mana yang paling cocok diterapkan di perusahaan.
1. Job rotation
Job rotation atau rotasi kerja adalah praktik memindahkan karyawan ke divisi atau pekerjaan lainnya. Ini adalah cara paling bagus untuk transfer pengetahuan dan keterampilan tanpa mengeluarkan biaya banyak.
Program ini juga cocok sebagai pelatihan seorang manajer ke jenjang yang lebih tinggi lagi karena akan membantunya lebih memahami situasi di dalam organisasi.
2. Job enlargement & job enrichment
Job enlargement adalah praktik di mana karyawan melakukan lebih banyak pekerjaan daripada yang biasa mereka lakukan. Sedangkan job enrichment adalah praktik di mana terdapat penambahan dimensi pada pekerjaannya sekarang, termasuk wewenang baru.
Penambahan tugas dan tanggung jawab akan mendorong karyawan untuk belajar dan mencoba lebih banyak hal.
3. e-Learning
e-Learning adalah metode yang banyak digunakan saat ini, karena dapat menutup faktor jarak dan waktu dalam program pelatihan. Semua orang bisa mengikuti e-Learning di mana saja dan kapan saja.
Meski begitu, HR dan leaders sebaiknya tetap memonitor kemajuan proses upskilling secara rutin untuk memastikan hasil upskilling bisa didapat secara optimal.
4. Coaching
Coaching bisa dilakukan oleh manajer/team leader/peers, menyesuaikan dengan keadaan. Anda juga punya pilihan untuk menyewa jasa coach dari eksternal, tentu dengan pertimbangan biaya.
Selain meningkatkan skill dan/atau kompetensi karyawan, program ini juga memberikan keuntungan lain seperti meningkatkan keterlibatan karyawan dan kerja tim yang lebih baik lagi.
5. Blended learning
Kita memasuki zaman serba campuran; hybrid working place, blended learning– mencampur unsur fisik dengan virtual.
Jika saat ini perusahaan Anda menerapkan hybrid working system, jenis program blended learning pastinya cocok untuk Anda.
Proses pembelajaran secara langsung dikatakan lebih efektif daripada virtual, namun memberikan fleksibilitas ruang dan tempat dengan online course akan lebih dihargai peserta.
6. Menggunakan jasa penyedia training
Jika skala pelatihan dinilai besar, seperti jumlah orang yang banyak dan levelnya manajer ke atas, akan lebih baik jika menggunakan jasa penyedia training lengkap dengan instruktur berpengalaman.
Bisa juga ketika skill yang hendak Anda kembangkan kepada karyawan terlalu spesifik dan membutuhkan tenaga pengajar spesialis, seperti bidang teknologi/digital.
Contoh Program Upskilling Perusahaan Lain
Sebagai referensi, kita bisa juga melihat apa yang dilakukan perusahaan lain dalam menjalankan program upskilling-nya. Ada Amazon, IBM, dan Mastercard.
Amazon
Pada September 2021, Amazon berkomitmen sebesar 1,2 miliar dolar A.S. untuk memberikan akses pendidikan dan program pelatihan skill untuk 300.000 karyawannya hingga 2025, dalam rangka janji “Amazon’s Upskilling 2025”.
Melalui program tersebut, Amazon fokus dalam membentuk jalur karier untuk area berkembang di masa depan. Amazon terus meluncurkan kesempatan pelatihan baru dan melanjutkan program sekarang ke semua karyawannya di Amerika Serikat.
IBM
IBM membuat rencana global untuk memberikan 30 juta orang (semua usia) dengan skills baru yang dibutuhkan untuk jobs of tomorrow hingga 2030. Demi mencapai tujuannya tersebut, IBM mengumumkan roadmap yang jelas dengan lebih dari 170 partnership di bidang akademik dan industri.
Rencana tersebut akan bergantung pada kolaborasi besar dengan universitas, pemerintahan inti, dan NGO.
Mastercard
Agar selalu kompetitif, Mastercard ingin menciptakan budaya belajar yang bisa mendorong karyawannya untuk membangun skills baru.
Mereka memutuskan untuk menggunakan Degreed sebagai platform yang menawarkan pengalaman belajar yang dipersonalisasikan, membentuk jalur karier, dan membantu karyawan untuk terkoneksi dengan materi yang relevan dengan mereka.
Upskilling untuk Praktisi HR
Daritadi kita fokus terhadap pengembangan skill untuk karyawan kita. Padahal sebagai HRD, justru upskilling tim HR harus menjadi area kritis dan jadi fokus semua organisasi.
Ada beberapa tujuan dari melakukan upskilling ke tim HR, di antaranya:
- Untuk selalu memiliki tujuan baru dan mengikuti perkembangan HR.
- Untuk memiliki strategi dan teknik baru dalam merekrut kandidat pasif.
- Untuk menggunakan data analisis untuk menugukur kinerja.
- Untuk membuat pekerjaan jadi lebih efisien, sehingga lebih banyak waktu bisa digunakan untuk menjalankan inisiatif lain yang lebih penting.
- Untuk mengembangkan employee experience yang bisa mendorong tingkat retensi karyawan.
Penutup
Upskilling adalah salah satu metode dalam pengembangan karyawan. Tentu saja manfaatnya lebih terasa bagi karyawan. Sedangkan bagi perusahaan, manfaatnya adalah manfaat jangka panjang dan tidak bisa dirasakan dalam waktu singkat.
Meski begitu, menerapkan upskilling ke karyawan (dan tim HR Anda sendiri) benar-benar pantas untuk dicoba demi mengembangkan bisnis Anda.
Comment