Kreativitas HR Tunjang Kinerja Perusahaan | | HRPODS

Kreativitas HR Tunjang Kinerja Perusahaan

wulan ranny

Banyak orang beranggapan, kreativitas bersangkut paut dengan berpikir sekaligus bertindak out of the box. Sementara itu, lingkup kerja HR mengharuskan mereka berada di wilayah hitam dan putih.

HR harus mendukung bisnis sembari menjaga kepatuhan perusahaan terhadap peraturan pemerintah yang berlaku. Di sisi lain, HR menjaga lingkungan kerja yang aman dan nyaman bagi karyawan serta memastikan kebutuhan mereka terpenuhi. Ini bukan pekerjaan mudah.  

Namun kreativitas dibutuhkan untuk menciptakan sarana komunikasi yang strategis dan tepat sasaran  untuk menyamakan antara tujuan perusahaan dan kebutuhan karyawan. Sekarang, HR tidak cuma harus  mempunyai kemampuan berkomunikasi dengan baik tetapi juga harus kreatif.

Namun kreativitas merupakan sarana komunikasi antara tujuan perusahaan dan kebutuhan karyawan. HR tidak cuma harus kreatif, tetapi mempunyai kemampuan berkomunikasi dengan baik.

Wulan Ranny, praktisi yang telah berkecimpung di bidang human resources lebih dari 20 tahun, mengatakan bahwa HR harus kreatif dan kemampuan tersebut dibutuhkan di organisasi mana pun. Simak obrolan HRNote bersama Wulan yang berlangsung pada Jumat (21/01/2022) di Jakarta.

Kreativitas Di Divisi HR

Sebenarnya di industri mana pun, HR harus kreatif. Karena kita harus menerjemahkan aturan baku dengan gaya bahasa lebih mudah dimengerti dan lebih kekinian. Dan, itu butuh kreativitas.

Ketika kita mau membicarakan pesan yang super duper serius, tetapi kita enggak bisa menggunakan bahasa yang tepat untuk semua kalangan karyawan kita (misalnya gen Z dan milenial), akhirnya, pesan tidak tersampaikan dengan baik ke mereka. 

Misalnya, perusahaan punya aturan baru memakai masker. Kalau kita tulis perusahaan memperbolehkan masker tiga lapis dan menggunakan double masker dan tidak diperbolehkan memakai masker kain.

Kemungkinan besar, karyawan enggak akan baca. Kalau kita enggak bisa menyampaikan aturan itu secara kreatif, mereka berpikir kantor punya banyak aturan, kantor enggak seru dan kaku banget.

Apa yang harus kita lakukan? Kita menggunakan gambar untuk memberitahu aturan baru. Kita harus mengubah bahasa baku untuk bisa lebih dipahami atau diterima oleh semua orang. Hal itu butuh kreativitas.

Atau ada juga kebijakan soal mudik yang sebentar lagi pasti akan ramai lagi dibahas menjelang Lebaran tahun ini. Sebelum mudik, kita kasih pengumuman, buat karyawan yang tetap ingin mudik, silakan. Tetapi sebelum kembali ke Jakarta harus PCR. 

Kalau ada yang tidak mau atau bilang kantor kaku, kita harus melakukan pendekatan lain, “Kamu mau sehat kan? Kamu mau ketemu keluarga lagi, kan? Kalau iya, PCR. Karena kantor ini juga keluarga kamu”.

That’s why HR harus kreatif. Kita bawa message dari atas ke bawah. Kita transfer pesan dari pimpinan ke karyawan kedalam bahasa yang lebih mudah mereka pahami dan memastikan semua pihak comply.

Kalau di perusahaan advertising atau agency, HR-nya terdorong lingkungan yang lebih kreatif, jadi mereka pasti termotivasi ikut kreatif. Anak-anak kreatif enggak akan mau ngebaca tulisan kecil-kecil, yang ada term and conditions. Jadi, kita harus cari ide supaya mereka mau baca dan aware ada aturan ini.

Di technology industry atau perusahaan mana pun juga seperti itu. Karena karyawan saat ini didominasi anak-anak muda yang lebih visual, jadi wording sudah tidak dianggap menarik. 

Pada dasarnya, kita akan memberitahukan hal-hal baku tapi audiens kita itu bukan hanya datang dari satu generasi, yang diberitahu tahu sekali untuk membaca peraturan, mereka langsung menaati peraturan itu. 

Sekarang audiens kita sudah berubah. Mereka lebih kritis dan berani bertanya kenapa peraturan begini-begitu. Artinya, kita harus bisa menyesuaikan mereka. Istilahnya, lebih kekinian.

Kreativitas dapat diaplikasikan di semua pekerjaan, termasuk di divisi HR. Dengan kreativitas, penyampaian peraturan dari HR ke karyawan akan dipahami dengan baik dan penerapannya pun berjalan lancar.

Kreativitas Tunjang Kegiatan Perusahaan

kreativitas hr

Kalau ada yang bilang HR enggak kreatif, salah. HR bisa lebih kreatif.

Contohnya, perusahaan mau bikin sesi ngobrol bareng karyawan. Kita enggak mungkin bikin town hall, say hi, tanya apa kabar, selesai. Sesi seperti bikin banyak orang yang enggak akan engage. Karena HR punya tugas membangun image perusahaan menjadi tempat yang menyenangkan.

Begitu juga dengan training karyawan dan staf HR. Misalnya, training karyawan, based on topics. Kita harus bikin program supaya mereka belajar hal baru. Jadi kita harus jeli memilih vendor. Pilih vendor yang gaya bahasanya anak muda. Tujuannya mereka nyaman, mau belajar, dan mendapatkan ilmunya yang disampaikan.

Karyawan sekarang ini lebih mendengarkan. Makanya banyak bikin webinar kan? Ya, karena mereka senang mendengarkan orang ngomong. Kalau ada pengisi acara di webinar, usahakan presentasinya bersifat visual, bisa pakai gambar atau video. Jangan banyak tulisan, sedikit orang yang bakal engage.

Selain itu, kreativitas HR juga bisa membantu kinerja karyawan. Bahkan kreativitas ini memikirkan agar perusahaan menarik di mata karyawan dan kandidat. Misalnya:

  • Karyawan bosan kerja di meja melulu. Respon HR adalah membuat pojok lesehan di kantor, agar mereka bisa kerja di lantai, atau membuat kebijakan share desk, jadi mereka bisa pake pindah pindah semua meja di lokasi kantor (kecuali meja dan kursi BOD.
  • Kita juga bisa menambah meja pingpong. Saat jenuh, mereka bisa main pingpong buat membuang kejenuhannya.
  • Dinding kantor polos, kita minta karyawan yang jago gambar buat bikin sesuatu di tembok, seperti ikon negara yang ada ada kantor perwakilan perusahaan kita.
  • Pemerintah mengeluarkan kebijakan PPKM, jadi tidak semua karyawan boleh masuk kantor. Perusahaan bingung harus bagaimana? Ya, HR sigap untuk mempunyai strategi supaya karyawan tetap produktif, bagaimana mereka tetap terhubung saat bekerja dari rumah, dan bagaimana memastikan karyawannya tidak merasa letf behind.
  • Di onboarding, kita buat se-engage mungkin supaya karyawan tidak merasa salah pilih perusahaan, tempatnya bekerja. 
  • Soal peraturan perusahaan, HR harus punya sistem untuk menyimpan itu semua. Misalnya, memanfaatkan Google Drive yang berisi peraturan, meeting guidance, presentasi dan standar templat, pengajuan reimbursement, dan lain-lain. Buka sistem itu untuk semua karyawan biar mereka bisa mengaksesnya. Jadi enggak perlu mencetak handout.
  • Sekarang yang lagi tren adalah perusahaan yang menerapkan hybrid work model atau malah full remote working is allowed, misalnya. Kita sebagai HR harus bisa melihat dan mempertimbangkan bisa enggak, ya, kita adopt ini? Tentu saja dengan semua pertimbangan yang detail untuk bisa mengusulkan ke pimpinan.
Kreativitas HR ditunjukkan dengan bagaimana ia merespon kondisi sekelilingnya, mengetahui kebutuhan karyawan, sigap dengan perubahan, sekaligus membantu bisnis perusahaan.

HR Harus Fleksibel

HR harus kreatif, karena yang dihadapi itu manusia, bukan laptop. Kalau Windows, ada tombol control, alt, dan del. Kalau Mac ada tombol control, option, dan command.

Manusia itu dinamis. Itu artinya kita juga harus fleksibel.

Kalau saya masuk ke company baru, saya pasti bilang, “Boleh enggak, minta waktu dua minggu dikasih akses ngobrol dengan siapa pun, dari CEO, group head, general manager, sampai office boy”. Tujuan saya agar mendapatkan banyak insight. Kalau sudah dapat, saya bisa buat pendekatan berdasarkan semua insight yang sekiranya cocok dengan budaya perusahaan.

Di sini, kita bisa menyesuaikan beberapa hal. Jadi, HR itu enggak boleh ‘pokoknya begini’, enggak boleh kaku. HR harus fleksibel, luwes, menyesuaikan kebutuhan dan bentuk organisasi. Supaya kita bisa menjaga dan memastikan produktivitas karyawan dan tujuan organisasi tercapai.

HR Memastikan Semua Berjalan Lancar

onboarding karyawan

Sebagai HR, kita menemukan jalan supaya semua departemen bisa ngobrol, bisa kenalan, kerja bareng. Lagi-lagi, hal ini membutuhkan kreativitas dan kemampuan berkomunikasi dengan baik.

Misalnya, orang sales ketemu finance, mereka punya pandangan berbeda tentang budget. Berarti harus ketemu di tengah, dong. Nah, HR bisa membangun jembatan biar mereka bisa nyambung. Karena yang satu ngomongin target, yang satu ngomongin revenue atau return on investment. Kalau kayak gitu, butuh berapa lama obrolan mereka akan sepakat?

At the end of the day, KPI-nya satu, dari organisasi. Hal itu dibutuhkan kerja sama. Terkadang mereka lupa, karena berfokus pada target departemen dan merasa enggak perlu kerja bareng.

Masing-masing departemen yang jalan sendiri bisa menghambat perusahaan, termasuk menghambat kreativitas kerja. Untuk memastikan semua kegiatan bisnis berjalan lancar, HR bisa menjadi penengah dan tidak boleh mengintervensi.

HR menjadi penengah

Kalau ada perdebatan di antara dua departemen HR enggak boleh memihak. Kita harus netral, tetapi harus komunikasi dengan kedua belah pihak. 

Intinya, saat ngomong sama finance, kita bisa membahasakan kebutuhan anak marketing dengan bahasa finance, dan ketika ngomong sama marketing, kita bisa membahasakan pandangan finance yang dimengerti oleh marketing.

Saya selalu menempatkan diri sebagai HR yang jadi teman semua orang. Kalau lagi pada bandel, tarik sedikit “tali” anak-anak. Kalau nanti semuanya bandel, belok arah semua. 

Terkadang saya bawel dan bilang kalau kita harus bisa ngomong bareng, jangan ngobrol sendiri-sendiri. Nanti mereka komentar, “Yah, kena omel emak”. Biasa terjadi, emaknya ngomel, kan.

HR tidak boleh mengintervensi

Meski HR bisa menjadi jembatan, tetapi tidak boleh mengintervensi masalah. Apalagi sudah berkaitan dengan performance dan on a daily basis mereka. Seharusnya, mereka bisa menyelesaikan masalah yang terjadi di tim atau antar departemen.

Kita enggak bisa masuk ke ranah mereka, karena masing-masing departemen memiliki strategi. Keputusan terakhir juga ada di tangan mereka. Tetapi kita bisa kasih kasih sudut pandang lain ke level atas bahwa ada feedback dari bawah.

HR itu ada di tengah-tengah. Dia harus bisa menjalankan kewajibannya dengan baik dan mendukung organisasi secara keseluruhan.

Comment